Jepang juga mengakui Indonesia sebagai bangsa yang berdaulat dan mengizinkan pengibaran bendera merah putih dan pemutaran lagu Indonesia Raya di radio Tokyo.
Hal ini membuat rakyat Indonesia menyambut baik kedatangan Jepang dan menganggapnya sebagai saudara tua yang akan membimbing dan melindungi mereka.
Faktor sosial.
Jepang berusaha mendekatkan diri dengan rakyat Indonesia dengan mengadakan berbagai kegiatan sosial, seperti pembangunan fasilitas umum, penyelenggaraan kursus bahasa Jepang, pemberian bantuan pangan, dan pengadaan hiburan rakyat.
Jepang juga mengikutsertakan tokoh-tokoh nasionalis Indonesia, seperti Sukarno, Hatta, dan Ki Hajar Dewantara, dalam kegiatan-kegiatan politik dan sosialnya.
Jepang juga membentuk organisasi-organisasi massa, seperti PETA, Heiho, dan Seinendan, yang melibatkan rakyat Indonesia dalam bidang pertahanan dan keamanan.
Dengan demikian, kedatangan Jepang ke Indonesia berjalan cepat dan merata karena Jepang memiliki keunggulan militer, politik, dan sosial.
Namun, di balik semua itu, Jepang juga memiliki niat untuk menjadikan Indonesia sebagai sumber daya alam dan tenaga kerja untuk kepentingan perangnya.
Jepang juga menerapkan berbagai kebijakan yang menindas dan menyengsarakan rakyat Indonesia, seperti romusha, kerja paksa, dan pemasangan palang pintu.
Oleh karena itu, rakyat Indonesia akhirnya menyadari bahwa Jepang bukanlah saudara tua, melainkan penjajah baru yang lebih kejam daripada Belanda.
Itulah alasan, mengapa kedatangan Jepang itu berjalan begitu cepat dan merata di seluruh wilayah Indonesia.
Baca Juga: Mengungkap Sejarah Belanda Menyerah tanpa Syarat kepada Jepang di Kalijati
Semoga artikel ini bermanfaat untuk Anda. Jika Anda ingin mengubah atau menambahkan sesuatu, silakan lakukan sendiri.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR