Strategi perang yang digunakan Sentot adalah penggerebekan dengan menggempur sekeras-kerasnya dengan pasukan penuh.
Sentot juga dikenal pandai dalam perang gerilya.
Sentot Alibasha juga dijuluki "Napoleon Jawa", dia memimpin 1000 pasukan dengan menyandang senjata dan mengenakan jubah dan sorban.
Struktur pasukannya pun mirip seperti pasukan Turki Utsmani.
Sentot juga berhasil memenangkan peperangan di Kroya dan merampas 400 pucuk senjata, meriam berikut mesiunya serta menawan ratusan serdadu Hindia Belanda.
Untuk menangkap Sentot, Jenderal De Kock membujuk bupati Madiun, Prawirodiningrat, yang merupakan kakaknya, agar bersedia berunding dengan Hindia Belanda.
Atas bujukan kakaknya tersebut, Sentot kemudian menerima tawaran Belanda.
Dia pun datang ke Yogyakarta dan disambut dengan upacara militer seperti seorang jenderal pada 24 Oktober 1829 hingga akhirnya disergap dan ditangkap.
Terkait penyerahan diri Sentot, Peter Carey mempunyai catatan khusus.
Karena mau menyerah, Sentot mendapat 5.000 gulden per bulan dari Belanda untuk biaya hidupnya bersama pasukannya.
Sentot menyerah kepada Belanda pada 16 Oktober 1829.
Menurut Peter Carey, sejak awal ikut pasukan Diponegoro, Sentot sudah punya kepentingan pribadi.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR