Ditemukan di Museum Belanda, Ini Sejarah Pedang Pangeran Diponegoro dan Misteri Pemiliknya

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Penulis

Ilustrasi - Pedang Pangeran Diponegoro.
Ilustrasi - Pedang Pangeran Diponegoro.

Intisari-online.com - Pangeran Diponegoro adalah salah satu pahlawan nasional Indonesia yang memimpin perjuangan melawan penjajah Belanda dalam Perang Jawa (1825-1830).

Ia dikenal sebagai tokoh yang berani, cerdas, dan berwibawa.

Salah satu peninggalan sejarah yang menunjukkan kejayaan dan kepahlawanannya adalah pedang atau klewang yang ia gunakan dalam medan perang.

Namun, pedang Pangeran Diponegoro tidak berada di tanah air, melainkan di sebuah gudang museum di Belanda.

Bagaimana pedang itu bisa sampai ke sana? Dan apa makna di balik pedang itu?

Pedang Pangeran Diponegoro adalah senjata tajam dengan mata melengkung yang mirip dengan sabel.

Pedang ini memiliki gagang yang terbuat dari perak dan hiasan berupa ukiran bunga.

Pedang ini juga memiliki sarung yang terbuat dari kulit binatang dengan motif geometris.

Pedang ini diduga dibuat di Jawa pada abad ke-18 atau ke-19.

Pedang ini memiliki ciri khas yang menunjukkan bahwa ia berasal dari Indonesia, bukan Eropa.

Pedang ini juga memiliki bekas penyok akibat proses penempaan yang tidak sempurna.

Pedang ini menjadi saksi bisu dari perjuangan Pangeran Diponegoro melawan Belanda.

Baca Juga: Kongsi Penguasa dan Pengusaha; JP Coen - Souw Beng Kong

Pedang ini sering digunakan oleh Pangeran Diponegoro dalam pertempuran, baik untuk menyerang maupun bertahan.

Pedang ini juga menjadi simbol dari kekuatan, keberanian, dan kehormatan Pangeran Diponegoro.

Pedang ini akhirnya jatuh ke tangan Belanda saat Pangeran Diponegoro ditangkap secara licik oleh Jenderal Hendrik Merkus de Kock pada tahun 1830.

Pangeran Diponegoro diundang untuk berunding di Magelang, tetapi kemudian ditahan dan diasingkan ke Makassar.

Pedang ini kemudian dibawa oleh Jenderal de Kock ke Belanda sebagai salah satu barang rampasan perang.

Pedang ini kemudian disimpan di Istana Het Loo di Apeldoorn, kota di timur ibu kota Belanda, Amsterdam.

Pedang ini sempat dipamerkan di sana pada tahun 2019 dalam pameran yang bertema "Jewels! Glittering at the Russian Court".

Pedang ini dipilih sebagai salah satu benda yang mewakili hubungan antara Belanda dan Indonesia.

Pedang ini kini menjadi koleksi Museum Bronbeek yang terletak di Arnhem.

Museum ini didirikan pada tahun 1863 sebagai rumah peristirahatan bagi para veteran perang dari Hindia Belanda.

Museum ini juga menyimpan berbagai benda sejarah yang berkaitan dengan kolonialisme Belanda di Indonesia.

Baca Juga: Mengenal Sejarah dan Makna Hari Museum Nasional yang Diperingati Setiap 12 Oktober Berawal Dari Peristiwa 1962 Ini

Pedang Pangeran Diponegoro belum pernah dipulangkan ke Indonesia.

Peneliti Museum Bronbeek, John Klein Nagelvoort, mengatakan bahwa pemerintah Indonesia belum mengirim permintaan agar pedang itu dikembalikan.

Ia juga mengatakan bahwa pedang itu adalah bagian dari sejarah bersama antara Belanda dan Indonesia.

Pedang Pangeran Diponegoro adalah salah satu warisan budaya yang memiliki nilai sejarah yang tinggi.

Pedang ini mengingatkan kita akan perjuangan dan pengorbanan Pangeran Diponegoro demi kemerdekaan Indonesia.

Pedang ini juga menjadi bukti dari kebudayaan dan keindahan seni Indonesia yang patut dibanggakan.

Artikel Terkait