Peristiwa Merah Putih Di Manado, Ketika Rakyat Sulawesi Utara Menyerbu Markas Belanda Pada Hari Valentine 1946

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Inilah dua sosok yang memrakarsai peritiwa Merah Putih di Manado 14 Februari 1946. Perlawanan rakyat Sulawesi Utara terhadap Belanda.
Inilah dua sosok yang memrakarsai peritiwa Merah Putih di Manado 14 Februari 1946. Perlawanan rakyat Sulawesi Utara terhadap Belanda.

Intisari-Online.com -Beberapa pertempuran melawan Belanda pecah setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan.

Salah satunya adalah peristiwa Merah Putih di Manado, sebuah peristiwa penyerbuan markas Belanda di Manado oleh rakyat Maluku Utara pada 14 Februari 1946.

Pertempuran ini melibatkan himpunan rakyat di Sulawesi Utara.

Meliputi pasukan KNIL atau tentara Hindia Belanda dari kalangan pribumi, barisan pejuang, dan laskar rakyat.

Peristiwa ini adalah bentuk perlawanan rakyat Sulawesi Utara demi mempertahankan kemerdekaannya serta menolak provokasi tentara Belanda.

Perlawanan yang mereka lakukan salah satunya dengan cara merobek bendera Belanda.

Yang awalnya merah, putih, biru menjadi merah-putih.

Bendera tersebut kemudian dikibarkan di atas gedung markas Belanda.

Pada 21 Agustus 1945, berita proklamasi kemerdekaan Indonesia baru terdengar oleh rakyat di Sulawesi Utara.

Begitu mendengar kabar tersebut, mereka segera mengibarkan bendera merah putih di setiap area dan menduduki kantor-kantor yang sebelumnya dikuasai oleh tentara Jepang.

Namun, awal Oktober 1945, tentara Sekutu bersama dengan NICA datang ke Sulawesi Utara.

Kehadiran mereka telah mengubah suasana di Sulawesi Utara kembali ricuh.

Baca Juga: Kobarkan Perang Jawa Yang Repotkan Belanda, Pangeran Diponegoro Tutup Akhir Hayatnya Di Tangah Pengasingan

Meskipun begitu, rakyat Manado enggan untuk melakukan perlawanan.

Akibatnya, Manado berhasil diduduki kembali oleh tentara Sekutu dan NICA.

Melihat situasi ini, Letnan Kolonel Charles Choesj Taulu, pemimpin militer, bersama Sersan SD Wuisan menggerakkan pasukan untuk mengambil alih markas pusat militer Belanda.

Rencana perebutan ini telah disusun sejak 7 Februari 1946.

Mereka dibantu oleh seorang politisi kalangan sipil, Bernar Wilhelm Lapian.

Puncak penyerbuan terjadi tanggal 14 Februari.

Tapi sebelum itu, para pimpinan pasukan sudah lebih dulu tertangkap oleh tentara Belanda, termasuk C Taulu dan Wuisan.

Akibatnya, rencana pemberontakan ke tangsi militer Belanda dipindahtugaskan kepada Komando Mambi Runtukahu, orang Minahasa yang menjadi pemimpin anggota KNIL.

Bersama dengan rakyat Manado lainnya, mereka berhasil membebaskan C Taulu dan Wuisan serta beberapa pemimpin lain yang tengah ditawan.

Usai semua bebas, pertempuran kembali berlanjut.

Puncak penyerbuan dalam peristiwa ini ditandai dengan perobekan bendera Belanda yang awalnya berwarna merah, putih, dan biru menjadi merah dan putih.

Setelah itu, bendera merah putih segera dikibarkan di atas gedung markas Belanda.

Baca Juga: Bagaimana Nilai-nilai Persatuan dan Kesatuan Diterapkan pada Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia?

Para pimpinan pasukan Belanda juga berhasil ditangkap, di antaranya adalah Letnan Verwaayen, pimpinan tangsi militer dan Kapten Blom, pemimpin garnisun Manado.

Keberhasilan ini telah membuat rakyat Manado berhasil mengambil alih kekuasaan Belanda di sana.

Sayangnya, keberhasilan tersebut tidak berlangsung lama.

Awal Maret, kapal perang Belanda Piet Hein tiba di Manado dengan membawa pasukan sekitar satu batalyon.

Kedatangan mereka ini disambut oleh pasukan KNIL yang berada di pihak Belanda.

Kemudian, 11 Maret, para pimpinan gerakan merah putih diundang ke kapal Belanda.

Awalnya, para pemimpin ini diundang untuk melakukan perundingan.

Namun rupanya tujuan utama Belanda adalah untuk menahan mereka, para pemimpin Sulawesi Utara.

Ajakan tersebut merupakan siasat tentara Belanda agar dapat melemahkan para pejuang rakyat Sulawesi Utara.

Pada akhirnya, Belanda berhasil kembali menguasai wilayah Sulawesi Utara.

Begitulah terjadinya peristiwa Merah Putih di Manado, ketika rakyat Sulawesi Utara menyerbut markas Belanda pada 14 Februari 1946.

Baca Juga: Ketika Komunis Moderat Menghancurkan Komunis Radikal, Peristiwa Vietnam Menggulingkan Pol Pot Dan Rezim Khmer Merah

Artikel Terkait