Intisari-online.com - Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu kerajaan Hindu-Buddha yang pernah berjaya di Nusantara.
Kerajaan ini berdiri sekitar abad ke-7 Masehi dan berpusat di Palembang, Sumatera Selatan.
Sriwijaya dikenal sebagai kerajaan maritim yang menguasai jalur perdagangan penting di Asia Tenggara, yaitu Selat Malaka, Selat Sunda, Laut Cina Selatan, Laut Jawa, dan Selat Karimata.
Latar Belakang
Sriwijaya muncul sebagai kekuatan maritim yang dominan di kawasan Asia Tenggara berkat beberapa faktor, antara lain:
- Letak geografis yang strategis, berada di tengah antara India dan Tiongkok yang merupakan pusat perdagangan dunia saat itu.
- Sumber daya alam yang melimpah, seperti rempah-rempah, kayu cendana, kapur barus, kemenyan, besi, timah, emas, dan lain-lain.
- Hubungan diplomatik yang baik dengan negara-negara tetangga, terutama India dan Tiongkok, yang mempengaruhi budaya, agama, dan ilmu pengetahuan Sriwijaya.
- Kemampuan militer yang tangguh, yang mampu melakukan ekspansi wilayah dan menjaga keamanan laut dari serangan musuh.
Masa Kejayaan
Masa kejayaan Sriwijaya dimulai sejak pemerintahan Dapunta Hyang Sri Jayanasa pada tahun 682 M.
Ia berhasil menyatukan beberapa kerajaan kecil di Sumatera Selatan dan membentuk Kedatuan Sriwijaya.
Baca Juga: Mengungkap Faktor Kemunduran Kerajaan Kutai Sebagai Hindu Tertua di Indonesia
Kemudian juga melancarkan ekspedisi militer ke Jawa dan menaklukkan Kerajaan Tarumanegara dan Kalingga.
Pada masa pemerintahan Raja Samaratungga (792-835 M), Sriwijaya mencapai puncak kemakmuran dan pengaruhnya.
Ia membangun Candi Borobudur sebagai pusat keagamaan Buddha di Jawa.
Kemiudian juga menjalin hubungan baik dengan Dinasti Tang di Tiongkok, yang mengirimkan banyak utusan dan biksu ke Sriwijaya.
Pada masa pemerintahan Raja Balaputra (835-860 M), Sriwijaya menghadapi persaingan dari Kerajaan Jawa Timur yang dipimpin oleh Raja Pikatan.
Lalu memindahkan ibu kota Sriwijaya ke Jambi dan membangun Candi Muaro Jambi sebagai pusat kebudayaan baru.
Ia juga mengembangkan hubungan dagang dengan India, Arab, dan Persia.
Pada masa pemerintahan Raja Sri Indravarman (860-883 M), Sriwijaya mencapai puncak kekuasaannya. Kemudian berhasil menguasai seluruh wilayah Sumatera, Semenanjung Malaya, Kamboja, Thailand Selatan, dan sebagian Jawa.
Ia juga mengeluarkan banyak prasasti yang mencerminkan kemajuan hukum, administrasi, dan sastra Sriwijaya.
Jalur Rempah Sriwijaya
Jalur ini menghubungkan Nusantara dengan Asia Tenggara, Tiongkok, Asia Selatan, Asia Barat, hingga ke Afrika Timur.
Jalur ini menjadi ruang silaturahmi antar manusia lintas bangsa sekaligus sarana pertukaran dan pemahaman antarbudaya yang pada akhirnya mempertemukan berbagai ide, konsep dan praksis, melampaui konteks ruang dan waktu dipertemukan oleh sungai, laut, dan samudera.
Museum Nasional Indonesia pernah mengadakan pameran bertajuk "Jalur Rempah Masa Kedatuan Sriwijaya" yang menampilkan bagaimana kata Sriwijaya ditemukan hingga mencapai keemasan selama 600 tahun, peguasa maritim penting dalam perdagangan rempah dunia hingga apa saja peninggalan Sriwijaya untuk Republik Indonesia.
Pameran ini menampilkan perpaduan yang menarik antara bukti sejarah, peninggalan arkeologis, seni lukis dan seni instalasi yang menggambarkan perjalanan Sriwijaya dalam perannya sebagai bangsa Maritim penguasa jalur rempah.
Sriwijaya dulunya merupakan jalur strategis perdagangan melalui perairan.
Melalui kanal-kanal sungai dan pelabuhan, barang dagangan diperjualbelikan oleh saudagar dari dalam dan luar negeri.
Rempah-rempah seperti cengkeh, pala, dan lada menjadi komoditas favorit perdagangan kala itu.
Kemunduran dan Akhir
Kemunduran Sriwijaya dimulai sejak abad ke-10 M, ketika terjadi perubahan politik dan ekonomi di kawasan Asia Tenggara.
Beberapa faktor yang menyebabkan kemunduran Sriwijaya, antara lain:
- Munculnya kerajaan-kerajaan baru yang bersaing dengan Sriwijaya, seperti Kerajaan Mataram di Jawa, Kerajaan Chola di India Selatan, dan Kerajaan Angkor di Kamboja.
- Berkurangnya permintaan rempah-rempah dari India dan Tiongkok, yang mengurangi pendapatan Sriwijaya dari perdagangan.
- Berkembangnya agama Islam di Asia Tenggara, yang mengurangi pengaruh agama Buddha yang dianut Sriwijaya.
- Terjadinya bencana alam, seperti letusan gunung berapi dan gempa bumi, yang merusak infrastruktur dan lingkungan Sriwijaya.
Akhir dari Kerajaan Sriwijaya tidak diketahui secara pasti, tetapi beberapa sumber menyebutkan bahwa Sriwijaya runtuh pada abad ke-13 M, akibat serangan dari Kerajaan Singasari dan Kerajaan Majapahit di Jawa.
Warisan
Kerajaan Sriwijaya meninggalkan warisan yang berharga bagi sejarah dan kebudayaan Indonesia, antara lain:
- Prasasti-prasasti yang menjadi sumber informasi tentang sejarah, hukum, administrasi, dan sastra Sriwijaya.- Candi-candi yang menjadi saksi keagungan arsitektur dan keagamaan Sriwijaya, seperti Candi Borobudur, Candi Muaro Jambi, Candi Biaro Bahal, dan Candi Padang Lawas.- Budaya Melayu yang dipengaruhi oleh budaya Sriwijaya, seperti bahasa, aksara, sastra, seni, dan adat istiadat.- Jalur perdagangan maritim yang menjadi cikal bakal integrasi ekonomi dan sosial di Asia Tenggara.
Sumber:
¹ Sejarah Sriwijaya, Kerajaan Maritim Penguasa Asia Tenggara - Kompas.com
² Sriwijaya dalam Perdagangan Dunia - Historia
³ Kerajaan Sriwijaya menguasai perdagangan di Asia Tenggara
⁴ Kehebatan Sriwijaya: Kerajaan Maritim yang Mengontrol Perdagangan di Selat Malaka dan Mempengaruhi Sejarah Asia Tenggara
Source: Conversation with Bing, 1/6/2024(1) Sejarah Sriwijaya, Kerajaan Maritim Penguasa Asia Tenggara - Kompas.com. https://travel.kompas.com/read/2021/07/14/184400327/sejarah-sriwijaya-kerajaan-maritim-penguasa-asia-tenggara.(2) Sriwijaya dalam Perdagangan Dunia - Historia. https://historia.id/kuno/articles/sriwijaya-dalam-perdagangan-dunia-DEnEj.(3) Kerajaan Sriwijaya menguasai perdagangan di Asia Tenggara. https://buguruku.com/kerajaan-sriwijaya-menguasai-perdagangan-di-asia-tenggara/.(4) Kehebatan Sriwijaya: Kerajaan Maritim yang Mengontrol Perdagangan di .... https://intisari.grid.id/read/033739863/kehebatan-sriwijaya-kerajaan-maritim-yang-mengontrol-perdagangan-di-selat-malaka-dan-mempengaruhi-sejarah-asia-tenggara.