Awalnya, gerbang ini merupakan menara berarsitektur Rococo. Di setiap sayapnya terdapat bangunan. Namun, Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels membongkar kawasan Kastel Batavia, termasuk Gerbang Amsterdam sekitar 1809.
Kemudian, pemerintah Hindia Belanda membangun kembali gerbang ini dengan gaya yang lebih sederhana pada 1860-an. Gerbang baru itu ditambahkan dekorasi patung Dewa Mars (Dewa Perang) dan Dewi Minerva (Dewi Seni).
Ketika peradaban kereta api membelah Batavia, dinding pagar di kedua sayap Gerbang Amsterdam dibongkar demi pembangunan lintasan trem.
Hingga pada akhirnya pada tahun 1950-an Gerbang Amsterdam benar-benar dirobohkan. Sukarno berupaya menghabisi beragam peninggalan masa penjajahan, sekaligus pembuktian bahwa Indonesia telah berdaulat.
Baca Juga: Menelusuri Jejak Rencana Ibukota Baru Di Weltevreden
Kini, wajah Gerbang Amsterdam tidak lagi terlihat. Dari Jalan Tongkol sejauh mata memandang hanya tampak jembatan rel kereta. Di jembatan itulah tapak berdirinya Gerbang Amsterdam.
Meski gerbang yang menandai kejayaan Hindia Belanda itu telah sirna, riwayatnya telah menjadi bukti sejarah penting peradaban Batavia.
Usai menelusuri setapak demi setapak tanah hasil reklamasi kanal-kanal Batavia, para peserta sampai pada bangunan tak terawat.
Ade mengungkapkan bahwa bangunan itu adalah Gudang VOC Timur, yang menjadi tempat penyimpanan biji-bijian. Oostzijdepakhuizen, demikian orang Belanda menyebutnya.
"Jadi, bangunan ini adalah Gudang VOC Timur, sementara Gudang VOC Barat kini menjadi Museum Bahari," ujarnya. "Dahulu ada enam bangunan gudang di sini, sebagian hancur karena pembangunan jalan tol 1995."
Para peserta melintasi sebagian dinding luar Gudang VOC Barat, yang sejatinya bagian sisa tembok kota Batavia. Selagi peserta di sana, tampak segerombolan anak-anak yang bermain sepak bola di pekarangan bagian dalam gudang.
Penulis | : | Akbar Gibrani |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR