"Sampai hari ini saya masih menyimpan dan melihat kembali bagaimana tampakan Banda Aceh sebelum tsunami, demikian juga tampaknya kota Sabang waktu itu karena sempat juga ke Sabang, bahkan saya juga sempat merekam PLTD Apung.
Jadi masih ada di laut waktu itu, lengkap dengan pemandangan laut, dengan orang-orang di sekitarnya di Ulhe Lhue saat itu," sambungnya.
Pada Minggu, 26 Desember 2004, Cut Putri menceritakan saat itu dirinya beserta keluarga tengah bersiap untuk mengantar sepupunya dalam acara Tueng Dara Baro atau mengantar pengantin wanita ke daerah Lampulo.
Namun, takdir berkata lain.
Pagi pukul 07.59 WIB, Aceh diguncang gempa bumi 9,3 skala richter dan disusul dengan gelombang besar tsunami.
Cut Putri menceritakan jika pagi itu ia melihat semua orang panik saat gempa.
Berbekal ilmu kesiapsiagaan bencana yang dimilikinya, Cut Putri langsung mengajak orang yang di sekitarnya untuk naik ke lantai dua rumahnya.
Dari balkon lantai dua rumah inilah, Cut Putri kemudian melihat dahsyatnya gelombang tsunami yang melewati depan rumahnya.
Ia lantas merekam meski beberapa kali Cut Putri sempat terpleset saat menaiki tangga.
Dalam rekaman itu, tampak puing bangunan dan air hitam mengalir deras dari depan rumahnya.
Hasil inisiatifnya, Cut Putri pun berhasil merekam dhetik-detik tsunami Aceh.
Dari hasil rekaman ini pula, video rekaman Cut Putri berhasil membuka mata dunia akan dahsyatnya gelombang tsunami.
Cut Putri juga menceritakan, banyak orang asing dan media luar yang meminta hasil rekaman tersebut untuk mengabarkan kepada seluruh dunia.
Begitulah cerita Cut Putri mengabadikan momen paling mengerikan yang pernah terjadi bumi Serambi Makkah.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR