Momen perdamaian yang sulit dipercaya itu tercatat dalam kesaksian, surat-surat, serta buku-buku harian para prajurit Perang Dunia I.
Seorang tentara Inggris bernama J. Reading menulis surat kepada istrinya, yang menggambarkan suasana Natal di medan perang.
“Kesatuanku kebetulan berada di garis depan pada malam Natal, dan ketika itu adalah giliranku untuk berjaga di sebuah rumah kosong sampai pukul 6:30 pada pagi Natal," tulis Reading dalam suratnya.
Reading mengatakan, pada pagi hari, orang-orang Jerman mulai bernyanyi dan berteriak, semuanya dalam bahasa Inggris yang baik.
Mereka berteriak: 'Apakah Anda Brigade Senapan; apakah Anda memiliki botol minuman tersisa? Jika iya, mari kita bertemu'.
“Kemudian mereka menghampiri kami, dan Kesatuan kami pergi menemui mereka.
Aku berjabat tangan dengan beberapa dari mereka, dan mereka memberi kami rokok dan cerutu.
Kami tidak saling tembak hari itu, dan semuanya begitu damai seperti mimpi,” ungkap Reading.
Pengalaman yang sukar dipercaya itu juga diungkapkan oleh prajurit Inggris lainnya, John Ferguson dalam kesaksiannya.
“Di sini kami bercanda dan mengobrol dengan pria yang hanya beberapa jam sebelumnya kami coba membunuhnya,” ujar Ferguson.
Selain berbagi makanan, minuman, dan rokok para prajurit Inggris dan Jerman juga sempat mengadakan pertandingan sepakbola dadakan.
Hal itu diungkapkan Letnan Jerman Kurt Zehmisch dari Infanteri Saxon 134 dalam catatan yang ia tulis di buku hariannya.
“Orang-orang Inggris itu membawa bola sepak dari parit mereka, dan segera terjadi permainan yang meriah,” tulisnya.
“Betapa luar biasa indahnya, namun betapa anehnya itu. Para perwira Inggris merasakan hal yang sama tentang hal itu. Jadi Natal, perayaan Cinta, berhasil menyatukan musuh bebuyutan sebagai teman untuk sementara waktu,” ungkap Zehmisch.
Itulah salah satu peristiwa yang paling diingat dari Perang Dunia I yang berdarah-darah itu, saat Natal 1914.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR