Sarekat Islam berperan sebagai organisasi nasionalis pertama yang melawan kolonialisme.
Lewat organisasi ini, Islam berusaha diperjuangkan agar menjadi identitas bersama di antara komposisi etnis dan budaya yang beragam di Indonesia.
Selain itu, aliran modernis Muslim mulai muncul di Sumatera Barat, seperti Adabiah (1909), Diniyah Putri (1911), dan Sumatera Thawalib (1915).
Gerakan Modernis juga bertujuan untuk menghapus unsur-unsur yang dianggap jauh dari Islam memasukkan nilai-nilai modern, misalnya membangun sekolah Islam dan melatih perempuan menjadi pengkhotbah.
Pada 1920-an, anak-anak di Pulau Jawa juga mulai belajar Alquran.
Segera setelah itu dibentuk Nahdlatul Ulama (NU) pada 1926 oleh Hasyim Asy'ari.
Sejak saat itu, berbagai organisasi Muslim mulai terbentuk, seperti Perti (1930) dan Nahdlatul Wathan yang ada di Lombok.
Setelah proklamasi kemerdekaan dilakukan, Indonesia menjadi negara Muslim terbesar kedua di dunia.
Perkembangan Muslim di Indonesia yang selanjutnya telah membawa negara ini semakin dekat dengan pusat intelektual Islam.
Sejumlah cendekiawan dan penulis sudah berkontribusi dalam pengembangan interpretasi Islam dengan melakukan pertukaran ilmu bersama orang asing.
Salah satu penulis modernis dan pemimpin agama di Indonesia adalah Abdul Malik Karim Amrullah.
Dia adalah orang pertama yang melakukan tafsir al-Azhar dalam bahasa Indonesia.
Abdul Malik Karim Amrullah mencoba menafsirkan prinsip-prinsip Islam dalam budaya Melayu-Minangkabau.
Selain itu, salah satu tokoh ternama yang juga menggeluti bidang Islam adalah Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang kemudian menjadi Presiden Indonesia.
Gus Dur pernah menempuh pendidikan di Universitas Bagdad dan menjadi tokoh sentral aliran Islam moderat di Indonesia.
Itulah artikel yang jelaskan kondisi umat Islam pada tahun 1800.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR