Oleh para ilmuwan, Pithecanthropus Erectus disebut Homo erectus.
Fosil yang ditemukan berupa tulang rahang, bagian atas tengkorak, geraham, dan tulang paha kiri.
Tulang rahang yang ditemukan diperkirakan volume otaknya berkisar 750 cc.
Volume otak manusia modern pada umumnya lebih dari 1.000 cc, sedangkan kera maksimal 600 cc.
Bukti lain penemuan manusia purba di Trinil adalah tulang belakang kepala yang menentukan duduknya kepala atas leher.
Anggota tubuh lainnya seperti tulang keningnya sangat menonjol ke muka.
Dari ukuran tulang tengkorak dapat diketahui tingginya diperkirakan 165 cm.
Ukuran itu menyerupai manusia yang sudah berjalan tegak.
Selama puluhan tahun, Pithecanthropus Erectus sempat dianggap sebagai manusia purba tertua di Indonesia.
Pada 1936-1941, G.H.R Von Koenigswald dan F. Weidenreich melakukan penyelidikan di sepanjang Sungai Bengawan Solo dan berhasil menemukan fosil tengkorak manusia yang disebut Meganthropus Palaejavanicus.
Dari penemuan itu disimpulkan bahwa manusia tertua bukan Pithecanthropus Erectus tapi Meganthropus Palaejavanicus.
Dikutip situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), bangun tengkorak Pithecanthropus erectus sangat pendek namun memanjang ke belakang, dengan kapasitas otak sekitar 900 cc.
Tulang kening menonjol dan di belakang orbit mata terdapat penyempitan yang sangat jelas, menandakan otak yang belum berkembang.
Pada bagian belakang terlihat bentuk meruncing. Individu tersebut berjenis kelamin wanita.
Karena tidak adanya perkembangan relief tengkorak, di mana otot insersi muskuler berkembang.
Demikianlah artikel tentang fosil manusia purba yang ditemukan Eugene Dubois di Trinil pada tahun 1890 yang kemudian diberi nama Pithecanthropus erectus.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR