Saat masuk usia dewasa, Sultan Agung mengawinkan Raden Mas Sayyidin dengan putri Pangeran Pekik dari Surabaya pada 1643.
Terang belaka itu adalah perkawinan politik, mengingat sebelumnya hubungan Surabaya dan Mataram Islam benar-benar buruk.
Surabaya sendiri adalah wilayah yang susah ditaklukkan oleh Mataram Islam, bahkan sejak zaman Panembahan Senopati.
Dan karena pernikahan itu, ikatan antara Mataram Islam dan Surabaya kini semakin erat.
Menurut De Graaf, anak pertama dari pernikah itu meninggal di usia yang sangat muda.
Sementara anak kedua mereka lahir dengan sehat hingga tumbuh dewasa.
Kelak putra kedua ini kita kenal sebagai Sunan Amangkurat II--yang sempat terlibat kisruh asmara dengan ayahnya sendiri.
Saat masih berstatus Putra Mahkota, Raden Mas Sayyidin ternyata pernah terlibat dalam sebuah komplotan yang memalukan istana dan Sultan Agung.
Dia disebut menculik istri tercantik Tumenggung Wiraguna, salah satu abdi dalem senior kesayangan Sultan Atung.
Perbuatan Raden Mas Sayyidin ini kemudian dilaporkan oleh adik-adiknya, termasuk Pangeran Alit.
Harapan Pangeran Alit, gelar Putra Mahkota dilepas dari Mas Sayyidin, dan diberikan kepadanya.
Tapi ternyata Sultan Agung cuma memarahinya, sementara gelar itu masih melekat kepadanya.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR