Intisari-online.com - Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya mineral, salah satunya adalah timah dan bauksit.
Timah adalah logam putih keperakan yang banyak digunakan untuk industri, seperti elektronik, peralatan rumah tangga, bahan bangunan, dan lain-lain.
Bauksit adalah bijih utama untuk memproduksi aluminium, yang juga memiliki berbagai kegunaan, seperti pesawat terbang, listrik, mesin, dan lain-lain.
Kedua komoditas tambang ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi, baik di pasar domestik maupun internasional.
Dua provinsi di Indonesia yang menjadi penghasil timah dan bauksit terbesar adalah Kepulauan Riau (Kepri) dan Bangka Belitung.
Kedua provinsi ini memiliki potensi dan cadangan yang melimpah, serta sejarah dan perkembangan yang menarik untuk diketahui.
Berikut adalah ulasan singkat tentang timah dan bauksit di Kepri dan Bangka Belitung.
Timah
Timah adalah barang tambang yang terbentuk dari mineral kassiterit (SnO2), yang biasanya ditemukan di daerah pegunungan vulkanik atau pantai berpasir.
Timah memiliki sifat yang lunak, mudah meleleh, dan tahan karat, sehingga cocok untuk berbagai keperluan industri.
Kepri
Kepri merupakan salah satu daerah penghasil timah terbesar di Indonesia, dengan cadangan sekitar 180,97 juta ton.
Timah di Kepri terdapat di beberapa pulau, seperti Bintan, Karimun, Singkep, dan Lingga.
Sebagian besar timah di Kepri berasal dari penambangan darat (onshore), yang menggunakan alat berat seperti ekskavator, dozer, dan dump truck. Timah yang dihasilkan di Kepri memiliki kadar antara 50% hingga 70%.
Sejarah penambangan timah di Kepri dimulai sejak abad ke-19, ketika Belanda mendirikan perusahaan pertambangan timah bernama Banka Tin Winning Bedrijf (BTW) di Pulau Singkep pada tahun 1852.
Perusahaan ini kemudian berkembang dan menguasai sebagian besar wilayah timah di Kepri, hingga akhirnya dinasionalisasi oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1958.
Saat ini, penambangan timah di Kepri dikelola oleh PT Timah Tbk, yang merupakan anak perusahaan dari BUMN Holding Industri Pertambangan MIND ID.
Baca Juga: Ini Tantangan dan Potensi Pengelolaan Sumber Daya Mineral Melimpah di Sumatera
Bangka Belitung
Bangka Belitung adalah penghasil timah terbesar di tanah air, mencapai 90 persen dari total produksi timah di Indonesia.
Selain Bangka Belitung, daerah yang memiliki hasil tambang timah adalah Kepri, Riau, dan Kalimantan Barat.
Penggalian timah di Bangka Belitung sejak ratusan tahun lalu mengalami pasang surut.
Namun, timah sudah menjadi bagian dari kehidupan dan kebudayaan masyarakat setempat.
Timah di Bangka Belitung terdapat di berbagai daerah, seperti Sungai Liat, Muntok, Pangkal Pinang, Toboali, dan Tanjung Pandan.
Timah di Bangka Belitung berasal dari penambangan darat maupun laut (offshore), yang menggunakan alat seperti ponton, kapal isap, dan kapal keruk.
Timah yang dihasilkan di Bangka Belitung memiliki kadar antara 65% hingga 72%.
Sejarah penambangan timah di Bangka Belitung juga dimulai sejak abad ke-19, ketika Belanda mendirikan perusahaan pertambangan timah bernama Nederlandsche Billiton Maatschappij (NBM) di Pulau Belitung pada tahun 1852.
Perusahaan ini kemudian berkembang dan menguasai sebagian besar wilayah timah di Bangka Belitung, hingga akhirnya dinasionalisasi oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1958.
Saat ini, penambangan timah di Bangka Belitung juga dikelola oleh PT Timah Tbk.
Bauksit
Bauksit adalah barang tambang yang terbentuk dari endapan tanah laterit yang mengandung mineral aluminium, seperti gibbsite, boehmite, dan diaspore.
Bauksit memiliki warna yang bervariasi, mulai dari putih, kuning, merah, hingga cokelat.
Bauksit merupakan bahan baku utama untuk memproduksi alumina, yang kemudian diolah menjadi logam aluminium.
Baca Juga: Sulawesi Utara, Provinsi dengan Potensi Tambang Nikel, Emas, dan Perak yang Menjanjikan
Kepri
Kepri merupakan salah satu daerah penghasil bauksit terbesar di Indonesia, dengan cadangan sekitar 1,7 juta ton.
Bauksit di Kepri terdapat di beberapa pulau, seperti Bintan, Karimun, dan Lingga.
Bauksit di Kepri berasal dari penambangan darat, yang menggunakan alat berat seperti ekskavator, dozer, dan dump truck.
Bauksit yang dihasilkan di Kepri memiliki kadar antara 40% hingga 60%.
Sejarah penambangan bauksit di Kepri dimulai sejak tahun 1935, ketika Belanda mendirikan perusahaan pertambangan bauksit bernama Nederlandsch-Indische Aluminium Maatschappij (NIAM) di Pulau Bintan.
Perusahaan ini kemudian berkembang dan menguasai sebagian besar wilayah bauksit di Kepri, hingga akhirnya dinasionalisasi oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1958.
Saat ini, penambangan bauksit di Kepri dikelola oleh PT Aneka Tambang Tbk, yang merupakan anak perusahaan dari BUMN Holding Industri Pertambangan MIND ID.
Bangka Belitung
Bangka Belitung juga merupakan salah satu daerah penghasil bauksit di Indonesia, dengan cadangan sekitar 3,1 juta ton.
Bauksit di Bangka Belitung terdapat di daerah Sigembir di Pulau Bangka.
Bauksit di Bangka Belitung berasal dari penambangan darat, yang menggunakan alat berat seperti ekskavator, dozer, dan dump truck.
Bauksit yang dihasilkan di Bangka Belitung memiliki kadar antara 40% hingga 50%.
Sejarah penambangan bauksit di Bangka Belitung tidak sepanjang sejarah penambangan timah.
Bauksit di Bangka Belitung baru mulai dieksplorasi pada tahun 1970-an oleh PT Timah Tbk, yang kemudian menyerahkan konsesinya kepada PT Aneka Tambang Tbk pada tahun 1997.
Saat ini, penambangan bauksit di Bangka Belitung juga dikelola oleh PT Aneka Tambang Tbk.