Intisari-online.com -Gunung Bromo adalah salah satu gunung berapi yang terletak di Jawa Timur, Indonesia.
Gunung ini memiliki ketinggian 2.329 meter di atas permukaan laut dan merupakan bagian dari Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Gunung Bromo terkenal dengan pemandangan kaldera yang luas dan indah, serta upacara adat Yadnya Kasada yang dilakukan oleh masyarakat suku Tengger.
Suku Tengger adalah salah satu suku asli Jawa yang masih mempertahankan kepercayaan Hindu-Buddha.
Suku ini mendiami kawasan sekitar Gunung Bromo dan Gunung Semeru.
Nama Tengger berasal dari gabungan nama dua tokoh legenda, yaitu Rara Anteng dan Joko Seger, yang merupakan keturunan dari Kerajaan Majapahit.
Bagi suku Tengger, Gunung Bromo adalah tempat suci yang dihormati dan dijaga.
Gunung ini dianggap sebagai perwujudan dari dewa Brahma, dewa pencipta dalam agama Hindu.
Oleh karena itu, suku Tengger melakukan upacara Yadnya Kasada setiap tahun pada bulan Kasada (bulan ke-12 dalam kalender Jawa) untuk mempersembahkan sesaji kepada dewa Brahma dan leluhur mereka.
Upacara Yadnya Kasada dilakukan di kawah Gunung Bromo dengan cara melemparkan sesaji berupa buah-buahan, sayur-sayuran, bunga, unggas, hewan ternak, uang, dan barang-barang lainnya ke dalam kawah.
Sesaji ini dimaksudkan sebagai ungkapan rasa syukur, permohonan keselamatan, dan harapan kesuburan.
Upacara ini juga diiringi dengan doa, mantra, tarian, dan musik tradisional.
Selain upacara Yadnya Kasada, suku Tengger juga memiliki tradisi lain yang berkaitan dengan Gunung Bromo, yaitu melihat erupsi gunung sebagai berkah.
Erupsi Gunung Bromo yang mengeluarkan abu vulkanik dianggap sebagai tanda kemurahan dewa Brahma dan leluhur mereka.
Abu vulkanik ini dipercaya dapat menyuburkan tanah dan laut, serta memberikan hasil panen yang melimpah.
Sebagian besar masyarakat suku Tengger bekerja sebagai petani sayur-mayur, seperti kubis, wortel, kentang, dan daun bawang.
Mereka menanam sayur-mayur di lahan pertanian yang berada di kaki Gunung Bromo dan Gunung Semeru. Lahan pertanian ini selalu hijau dan subur sepanjang tahun, berkat abu vulkanik yang menjadi pupuk alami.
Meskipun erupsi Gunung Bromo dapat menimbulkan dampak negatif, seperti gangguan pernapasan, polusi udara, dan kerusakan infrastruktur, namun suku Tengger tetap bersyukur dan berdamai dengan alam.
Mereka tidak takut atau marah dengan erupsi gunung, melainkan menganggapnya sebagai bagian dari siklus hidup dan keseimbangan alam.
Mereka juga tidak lupa untuk menjaga lingkungan dan melestarikan budaya mereka.
Erupsi Gunung Bromo adalah salah satu fenomena alam yang menarik dan unik, yang menunjukkan kekuatan dan keindahan alam Indonesia.
Erupsi ini juga menjadi saksi dari kekayaan dan keanekaragaman budaya Indonesia, khususnya suku Tengger yang memiliki tradisi dan kepercayaan yang khas.
Erupsi ini adalah berkah bagi suku Tengger, yang mengajarkan kita untuk bersyukur, berdoa, dan berharap.