Namun, BMKG terus memantau perkembangan gempa bumi di wilayah Maluku Tengah dan sekitarnya.
Gempa bumi yang terjadi di Maluku Tengah pada Sabtu (2/12/2023) disebabkan oleh deformasi lempeng Sangihe, yang merupakan lempeng samudra yang berada di bawah lempeng Laut Maluku.
Lempeng Sangihe bergerak ke arah barat laut dengan kecepatan sekitar 7 cm per tahun, dan menyebabkan tekanan pada lempeng Laut Maluku.
Lempeng Laut Maluku sendiri merupakan bagian dari lempeng Eurasia, yang berbatasan dengan lempeng Pasifik di sebelah timur dan lempeng Indo-Australia di sebelah selatan.
Lempeng Laut Maluku terbentuk akibat proses subduksi, yaitu masuknya lempeng samudra ke bawah lempeng benua.
Maluku Tengah terletak di pertemuan tiga lempeng besar tersebut, sehingga menjadi daerah rawan gempa dan tsunami.
Sejarah mencatat, beberapa gempa besar yang terjadi di Maluku Tengah disertai dengan gelombang tsunami, seperti pada tahun 1854, 1899, 1938, dan 2019.
Untuk mengurangi risiko bencana akibat gempa dan tsunami, masyarakat di Maluku Tengah perlu meningkatkan kesiapsiagaan dan pengetahuan tentang mitigasi bencana.
Selain itu, pemerintah daerah juga perlu memperkuat infrastruktur dan sistem peringatan dini bencana
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR