Setelah Sriwijaya runtuh, aktivitas pelayaran dan perdagangan di Selat Malaka makin meningkat.
Selat Malaka telah menjadi jalur internasional sejak zaman Kerajaan Samudera Pasai.
Selain itu, Selat Malaka juga sudah digunakan sebagai jalur pelayaran antara India dan China Selatan serta bangsa-bangsa di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia, sejak berabad-abad pertama masehi.
Selat Malaka juga dikenal sebagai salah satu jalan sutera atau silk road oleh berbagai bangsa di Asia Barat, Tenggara, dan Timur.
Bahkan, negara-negara Eropa juga mengetahui Selat Malaka, meskipun belum menggunakannya secara langsung.
Nama Selat Malaka berasal dari pelabuhan dagang Melaka (dulu Malaka) yang berperan penting pada abad ke-16 dan abad ke-17 di Melayu.
Alasan Selat Malaka Menjadi Tempat yang Strategis untuk Perdagangan
Selat Malaka menjadi ramai perdagangan dan menjadi tempat yang strategis untuk perdagangan karena beberapa alasan, antara lain:
- Selat Malaka adalah jalur utama yang menghubungkan antara Timur dan Barat, yang dikenal sebagai Jalur Sutra.
Jalur Sutra adalah jalur perdagangan internasional kuno yang menghubungkan peradaban Tiongkok di Timur dengan dunia Barat, terutama melalui perdagangan sutra.
- Selat Malaka adalah rute terpendek yang menghubungkan tiga wilayah, yaitu Nusantara, Tiongkok dan India.
Baca Juga: Bagaimana Hikmah yang Didapatkan dari Politik yang Terjadi di Singhasari?
KOMENTAR