Kemudian juga menjadi menteri pertahanan dalam kabinet pertama yang dipimpin oleh Presiden Soekarno pada 2 September 1945.
Namun, Amir Sjarifuddin tidak puas dengan kebijakan-kebijakan pemerintah yang dianggapnya tidak radikal dan tidak pro-rakyat.
Ia juga merasa bahwa PNI terlalu mendominasi pemerintahan dan tidak memberikan ruang bagi partai-partai lain untuk berpartisipasi.
Baca Juga: Sosok Sutan Sjahrir, Negosiator Ulung yang Membela Kedaulatan Indonesia di Linggarjati
Oleh karena itu, pada 20 November 1945, ia memutuskan untuk keluar dari PNI dan mendirikan Partai Sosialis Indonesia (PSI) bersama dengan beberapa tokoh lain, seperti Sutan Syahrir, Setijadji, dan Sjahrir.
PSI adalah partai politik pertama yang berhaluan sosialis di Indonesia.
Partai ini memiliki tujuan untuk mewujudkan masyarakat sosialis yang adil, merdeka, dan demokratis.
Partai ini juga menentang imperialisme, kolonialisme, dan feodalisme, serta mendukung hak-hak buruh, tani, dan perempuan.
PSI juga berusaha untuk menjalin hubungan baik dengan Uni Soviet dan negara-negara sosialis lainnya.
Kontroversi Amir Sjarifuddin
Meskipun memiliki visi yang mulia, Amir Sjarifuddin dan PSI juga menimbulkan kontroversi karena perannya dalam beberapa peristiwa penting, seperti:
- Peristiwa Madiun: Pada September 1948, terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun, Jawa Timur.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR