Pada 1918, Muhammadiyah mulai merintis sekolah menengah bernama Al-Qismul Arqo.
Dua tahun kemudian, sekolah ini berubah nama menjadi Pondok Muhammadiyah, yang merupakan cikal bakal pendidikan kader Muhammadiyah Mualimin dan Mualimat.
Setelah KH Ahmad Dahlan wafat pada 1923, eksperimen sistem pendidikan baru yang dirintisnya telah tumbuh di beberapa daerah, bahkan telah merambah wilayah di luar pulau Jawa.
Perkembangan sekolah Muhammadiyah pun terus meluas seiring dengan cakupan dakwah organisasi Muhammadiya.
Memasuki era Orde Baru (1966-1998), periode pelembagaan sekolah Muhammadiyah pun dimulai.
Dari situlah lembaga pendidikan Muhammadiyah semakin berkembang dan saat ini telah mempunyai 3.334 sekolah dalam berbagai jenjang yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR