Lebih Seabad Yang Lalu, Muhammadiyah Lahir Untuk Mencerahkan Masyarakat Lewat Pendidikan

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Pada 18 November 1912 Muhammadiyah berdiri. Muhammadiyah adalah ormas Islam yang sangat berkonsentrasi pada dunia pendidikan.
Pada 18 November 1912 Muhammadiyah berdiri. Muhammadiyah adalah ormas Islam yang sangat berkonsentrasi pada dunia pendidikan.

Pada 18 November 1912 Muhammadiyah berdiri. Muhammadiyah adalah ormas Islam yang sangat berkonsentrasi pada dunia pendidikan.

Intisari-Online.com -Lembaga ini memang bentuknya ormas Islam, tapi sangat identik dengan pendidikan.

Inilah Muhammadiyah, sebuah organisasi kemasyarakatan Islam yang lahir pada 18 November 1912, atau sektiar 111 tahun yang lalu.

Muhammadiyah didirikan oleh KH Ahmad Dahlan yang kelak digelari Pahlawan Nasional oleh negara karena jasa-jasanya.

Bagi awam, Muhammadiyah sangat identik dengan gerakan Islam modernis di Indonesia.

Meski begitu, yang harus kita garis bawahi, Muhammadiyah sangat identik dengan dunia pendidikan.

Dan pendidikan inilah yang merupakanmanifestasi gerakannya yang paling menonjol dan mengakar.

Mundur jauh ke belakang, kelahiran Muhammadiyahberawal dari keinginan KH Ahmad Dahlan untuk memecahkan permasalahan bangsa Indonesia yang masih terjerembab dalam kebodohan, kemelaratan, dan kemunduran, lewat sistem pendidikan.

Dari situlah lahir lembaga pendidikan Muhammadiyah.

Asal tahu saja, organisasi ini sudah mempunyai 3.334 sekolah dalam berbagai jenjang yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia.

Lembaga pendidikan Muhammadiyah didirikan sendiri oleh KH Ahmad Dahlah.

Menurut situs Majelis DIKDASMEN PP Muhammadiyah, tonggak awal berdirinya lembaga pendidikan Muhammadiyah dihitung sejak KH Ahmad Dahlan mendirikan Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah (MIDI) pada 1 Desember 1911.

MIDI adalah sekolah pertama yang didirikan oleh Muhammadiyah.

Sebenarnya, sebelum mendirikan MIDI, KH Ahmad Dahlan pernah mencoba memperbarui pendidikan di Pondok Langgar Kidul.

KH Ahmad Dahlan memasukkan kitab-kitab karya tokoh pembaru Islam, seperti Muhammad Abduh, sebagai referensi dan kurikulum pondok.

Mengapa Muhammadiyah mendirikan lembaga pendidikan?

Alasan Muhammadiyah mendirikan lembaga pendidikan bermula dari keinginan KH Ahmad Dahlan untuk mengamalkan ilmu yang ia peroleh untuk memperbaiki serta memajukan kehidupan kaum pribumi yang masih terjajah.

Pada sekitar tahun 1900-an, KH Ahmad Dahlan berusaha mencari konsepsi baru sistem pendidikan alternatif, yang dapat mengentaskan rakyat Indonesia dari kebodohan, kemelaratan, dan kemunduran.

Saat itu, program pendidikan yang dijalankan Politik Etis pemerintah kolonial Belanda masih meminggirkan kaum pribumi.

Selain itu, ada pula umat Islam yang tidak mau menerima sistem pendidikan Barat.

Melihat situasi tersebut, KH Ahmad Dahlan mencari jalan keluar dengan mencoba merintis sistem pendidikan Islam baru.

Hasilnya, berdirilah MIDI, sekolah pertama yang didirikan oleh Muhammadiyah dengan menggabungkan sistem pendidikan Barat-Belanda dengan pendidikan Islam.

Agar MIDI berdiri kuat sebagai sekolah modern yang berlandaskan agama Islam, KH Ahmad Dahlan membentuk organisasi Muhammadiyah pada 1912.

Berdirinya organisasi diharapkan dapat mendukung sekolah Muhammadiyah tumbuh menjadi lembaga pendidikan yang selalu dikelola dengan baik meski KH Ahmad Dahlan telah wafat.

Pada 1918, Muhammadiyah mulai merintis sekolah menengah bernama Al-Qismul Arqo.

Dua tahun kemudian, sekolah ini berubah nama menjadi Pondok Muhammadiyah, yang merupakan cikal bakal pendidikan kader Muhammadiyah Mualimin dan Mualimat.

Setelah KH Ahmad Dahlan wafat pada 1923, eksperimen sistem pendidikan baru yang dirintisnya telah tumbuh di beberapa daerah, bahkan telah merambah wilayah di luar pulau Jawa.

Perkembangan sekolah Muhammadiyah pun terus meluas seiring dengan cakupan dakwah organisasi Muhammadiya.

Memasuki era Orde Baru (1966-1998), periode pelembagaan sekolah Muhammadiyah pun dimulai.

Dari situlah lembaga pendidikan Muhammadiyah semakin berkembang dan saat ini telah mempunyai 3.334 sekolah dalam berbagai jenjang yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia.

Artikel Terkait