Ratu Kalinyamat, pemimpin wanita asal Jepara yang ditakuti oleh bangsa Portugis. Baru saja dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional.
Intisari-Online.com -Ada sejumlah tokoh dan pejuang yang baru saja ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Jokowi.
Salah satu dari mereka adalah Ratu Kalinyamat.
Penetapan Ratu Kalinyamat sebagai Pahlawan Nasional termaktub dalamKeputusan Presiden Nomor 115-TK-TH-2023 tertanggal 6 November 2023.
Sebagai seorang perempuan pemberani, Ratu Kalinyamat adalah sosok ahli dalam strategi perang.
Kisahnya menyerbu tentara Portugis selalu menjadi cerita turun-temurun.
Ratu Kalinyamat adalah pejuang perempuan dari Jepara yang hidup pada masa awal perkembangan Islam di Nusantara.
Selama menjadi penguasa Jepara, ia dikenal sebagai seorang patriot, pemberani, dan ahli strategi perang.
Dia dianggap sosok yang berhasil membangun kekuatan maritim yang ditakuti, untuk menjaga wilayahnya dari bangsa penjajah.
Ratu Kalinyamat adalah puteri ketiga dari Sultan Trenggono (1521-1546), penguasa termasyhur Kerajaan Demak.
Perjuangannya dimulai setelah terlibat dalam perang saudara di Kerajaan Demak, yang turut menuntut nyawa kakak dan suaminya.
Nama asli Ratu Kalinyamat adalah Retna Kencana.
Tahun kelahiran dan awal kehidupan Ratu Kalinyamat tidak diketahui secara jelas.
Dia dikenal sebagai salah satu anak Sultan Trenggono sekaligus adik dari Sunan Prawoto, Raja Demak keempat yang memerintah antara 1546-1549.
Retna Kencana menikah dengan Pangeran Hadiri atau Hadlirin, yang berasal dari luar Jawa.
Setelah pindah ke Jawa dan mendirikan kampung di wilayah yang saat ini masuk Kecamatan Kalinyamatan, Jepara, Pangeran Hadiri dikenal sebagai Pangeran Kalinyamat.
Retna Kencana dan Pangeran Kalinyamat tidak memiliki anak, tetapi mempunyai beberapa anak asuh.
Salah satu anak asuhnya adalah Pangeran Arya, putra Maulana Hasanuddin, raja pertama Kesultanan Banten yang memerintah antara 1526-1570.
Di masa-masa itu, Demak sedang ditimpa perang saudara, di mana salah satu korbannya adalah Sunan Prawoto yang tewas di tangan utusan Arya Penangsang.
Setelah kematian Prawoto,Retna Kencana dan Pangeran Kalinyamat, yang menjabat sebagai adipati Jepara, mendatangi Sunan Kudus.
Namun, sepulang dari menemui Sunan Kudus, Pangeran Kalinyamat turut menjadi korban kekejaman Arya Penangsang, sementara Ratu Kalinyamat dapat melarikan diri.
Konflik perebutan takhta Kerajaan Demak baru berakhir setelah Arya Penangsang dikalahkan oleh Sultan Hadiwijaya atau Jaka Tingkir.
Sultan Hadiwijaya kemudian mendirikan Kesultanan Pajang, sedangkan Retna Kencana menggantikan peran suaminya sebagai penguasa Jepara dengan gelar Ratu Kalinyamat.
Penobatan Ratu Kalinyamat sebagai penguasa Jepara ditandai dengan sengkalan "Trus Karya Tataning Bumi" yang bertanggal 10 April 1549.
Ratu Kalinyamat menjadi penguasa Jepara selama 30 tahun, yakni dari 1549-1579.
Sejak resmi menjadi penguasa tunggal di Jepara, ia memberi perhatian besar pada bidang politik dan militer.
Ratu Kalinyamat berhasil membangun kekuatan angkatan laut yang besar dan kuat, serta mengembangkan potensi kemaritiman yang dimiliki Jepara.
Di bawah kekuasannya, Jepara menjadi kerajaan bahari di mana rakyatnya hidup tenteram dengan mengandalkan laut sebagai sumber utama penghidupannya.
Sejarawan bernama Burger menyatakan bahwa meski daerah kekuasaannya kurang subur, Ratu Kalinyamat memiliki empat kota pelabuhan di Jepara, Juana, Rembang, dan Lasem.
Pelabuhan itu tidak hanya berfungsi sebagai tempat transit, tetapi juga menjadi pengekspor gula, madu, kayu, kelapa, dan palawija, yang menjadi komoditas perdagangan antarpulau bahkan antarbangsa.
Ratu Kalinyamat pun sangat disegani rakyatnya berkat jasanya membawa Jepara mencapai masa keemasan dengan menjadi kota pelabuhan yang maju dan dilengkapi armada yang kuat.
Ratu Kalinyamat memiliki peran besar dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, khususnya dalam melawan bangsa Portugis pada abad ke-16.
Pada masanya memerintah Jepara, bangsa Portugis telah bercokol di Malaka, yang memicu perlawanan dari berbagai pihak.
Dengan kepemilikan angkatan laut yang kuat, Ratu Kalinyamat pernah diminta oleh Raja Johor untuk membantu melawan Portugis pada 1550.
Ratu Kalinyamat pun mengabulkan permintaan itu dan mengirimkan 40 armadanya yang berkekuatan 4.000-5.000 prajurit.
Meski serangan itu gagal, semangat patriotisme Ratu Kalinyamat tidak langsung padam.
Selain Raja Johor, berita Portugis melaporkan bahwa pemimpin persekutuan Hitu di Ambon juga pernah meminta bantuan militer kepada Ratu Kalinyamat.
Sekitar 24 tahun kemudian, tepatnya pada Oktober 1574, ia mengirim ekspedisi yang digabungkan tentara dari Aceh guna menggempur kedudukan Portugis di Malaka.
Ekspedisi kedua itu berkekuatan 300 kapal, 80 di antaranya berukuran sangat besar, dengan jumlah prajurit mencapai 15.000 orang.
Serangan ini berhasil mematahkan dominasi Portugis meski harus mengorbankan 2.000 nyawa tentara Ratu Kalinyamat.
Berkat keberanian dan pemikiran besarnya, nama Ratu Nyamat meninggalkan kesan bagi beberapa bangsa Portugis.
Diego de Conto, seorang penulis berkebangsaan Portugis, menjuluki Ratu Kalinyamat sebagai "Rainha de Jepara senhora Poderosa e ride", yang artinya Ratu Jepara seorang perempuan kaya dan mempunyai kekuasaan besar.
Selain itu, ada pula yang menyebutnya sebagai "De Kranige Dame", yakni perempuan tangguh dan gagah berani yang tidak kenal takut.
Setelah Ratu Kalinyamat meninggal pada 1579, penggantinya adalah salah satu putra angkatnya, yakni Pangeran Arya dari Banten, yang kemudian bergelar Pangeran Jepara.