Inilah Sosok Bataha Santiago Yang Baru Saja Diberi Gelar Pahlawan Nasional Oleh Presiden Jokowi

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Penulis

Bataha Santiago, pejuang dari Sulawesi Tenggara yang baru saja mendapat gelar Pahlawan Nasional dari Presiden Jokowi.
Bataha Santiago, pejuang dari Sulawesi Tenggara yang baru saja mendapat gelar Pahlawan Nasional dari Presiden Jokowi.

Bataha Santiago, pejuang dari Sulawesi Tenggara yang baru saja mendapat gelar Pahlawan Nasional dari Presiden Jokowi.

Intisari-Online.com -Setidaknya ada enam pejuang yang diberi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Jokowi pada Hari Pahlawan tahun ini.

Salah satu di antara mereka adalah Bataha Santiago.

Siapa sebenarnya Pahlawan Nasional dari Sulawesi Utara itu?

Seperti disebut di atas, Bataha Santiago adalah pahlawan nasional dari Provinsi Sulawesi Utara.

Dia baru saja menyandang gelar itu pada Hari Pahlawan 2023 ini.

Penetapan Bataha Santiago sebagai pahlawan nasional dilakukan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 115-TK-TH-2023 tertanggal 6 November 2023.

Hal ini seperti disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD, pada jumpa pers di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Polhukam, Jakarta, Rabu (8/11/2023).

Mahfud MD yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan (GTK) RI, juga mengumumkan bahwa upacara penganugerahan gelar pahlawan akan dilakukan pada Hari Pahlawan, yang diperingati setiap 10 November 2023 mendatang.

Dilansir laman Kemdikbud, Bataha Santiago menduduki takhta sebagai Raja Manganitu dan memerintah pada tahun 1670 sampai 1675.

Bataha Santiago merupakan raja ketiga Manganitu yang wilayahnya kini berada di Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara.

Kedamaian di kerajaan itu berubah ketika pada tahun 1675 datanglah Gubernur Belanda yang bernama Robertus Padtbrugge.

Gubernur Robertus Padtbrugge yang berkedudukan di Maluku datang dengan niat untuk mengadakan perjanjian persahabatan dengan Manganitu, yang kemudian ditolak oleh Raja Santiago.

Sosok Bataha Santiago dikenal sebagai satu-satunya raja di Kepulauan Sangihe yang menolak untuk meneken kerjasama dagang dengan VOC.

Dilansir laman diskominfo.sulutprov.go.id, Bataha Santiago memang dikenal sebagai sosok yang memiliki jiwa dan sikap gotong-royong yang kuat.

Bataha Santiago juga dikenal dengan pendirian teguhnya, di mana seluruh kegiatan rakyat harus dikerjakan bersama-sama.

Gagasannya ini dikenal dengan sebutan “Banala Pesasumbalaeng”.

Bataha Santiago juga bercita-cita untuk mempersatukan kerajaan-kerajaan di wilayah Kepulauan Sangihe-Talaud serta mempertahankan diri dari penjajahan yang dilakukan oleh Belanda.

Sikap dan prinsip yang kuat dan teguh membuatnya berani mati dalam membela keutuhan nusa dan bangsa.

Semboyan Bataha Santiago yang terkenal yaitu “Nusa kumbahang katumpaeng”, yang berarti "Tanah air kita tidak boleh dimasuki dan dikuasai musuh".

Hal inilah yang membuatnya beberapa kali menolak ketika dibujuk untuk menandatangani Lange Contract (Pelakat Panjang) dengan VOC.

Penolakan Bataha Santiago membuat ia dan para pengikutnya terlibat dalam peperangan melawan VOC yang berlangsung selama empat bulan.

Sayangnya, kekuatan persenjataan yang tidak seimbang serta siasat licik Belanda membuat perlawanan Bataha Santiago bisa dihentikan.

Namun karena keberaniannya menolak tunduk kepada pemerintah kolonial Belanda, akhirnya beliau dihukum pancung pada tahun 1675 di Tanjung Tahuna.

Makam Bataha Santiago kini dapat ditemui di Desa Karatung I, Kecamatan Manganitu, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara.

Makam pahlawan nasional ini berbentuk segi empat yang dilapisi tegel putih dengan ukuran 2,5 x 3,25 meter.

Pada bagian atas makam terdapat salib, kemudian di bagian tengah terdapat prasasti yang bertuliskan riwayat hidup serta semboyan beliau yang berbunyi “Biar saya mati digantung tidak mau tunduk kepada Belanda”.

Makam Bataha Santiago juga telah mengalami pemugaran sebanyak dua kali.

Pemugaran pertama dilakukan oleh pemda dan diresmikan pada tanggal 17 Agustus 1975.

Sedangkan pemugaran kedua dilakukan oleh Komandan Korem 131/ Santiago pada tanggal 10 November 1993.

Untuk mengenang kisah kepahlawanannya, dibangun pula Patung Santiago di Pulau Miangas sebagai simbol pahlawan Manganitu (daerah kepulauan Sangihe dan Talaud) yang melawan jajahan Belanda.

Artikel Terkait