Dalam bukunya, "Hikayat Majapahit; Kebangkitan dan Keruntuhan Kerajaan Terbesar di Nusantara”, Nino Oktorino menjelaskan bahwa keruntuhan Kerajaan Majapahit disebabkan adanya Perang Paregreg.
Perang Paregreg melibatkan dua kerabat kerajaan, yaitu Bhre Wirabhumi dan Wikramawardhana.
Nama yang disebut di akhir adalah penguasa singasana Kerajaan Majapahit selepas Hayam Wuruk.
Dia diangkat menjadi raja pada 1389 M.
Wikramawardhana merupakan menantu sekaligus keponakan Hayam Wuruk.
Pengangkatan Wikramawardhana mendapat pertentangan dari Bhre Wirabhumi, putra Hayam Wuruk dari seorang selir.
Semasa kepimpinan Wikramawardhana, banyak daerah di wilayah kekuasaan Majapahit yang melepaskan diri tanpa bisa dicegah.
Hal tersebut tambah diperparah dengan terjadinya wabah kelaparan pada 1426 M.
Nino mengatakan, keruntuhan Majapahit juga dipengaruhi oleh menguatnya pengaruh Dinasti Ming dan beberapa daerah bekas bawahan Kerajaan Majapahit.
Peninggalan Kerajaan Majapahit
Jejak peninggalan Kerajaan Majapahit banyak dijumpai di daerah Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
Melansir pemberitaan Kompas.com, 4 Mei 2021, arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur, Dwi Nugroho, mengungkapkan bahwa adanya temuan di kawasan Cagar Budaya Nasional Trowulan, membuktikan keberadaan Kerajaan Majapahit di masa lampau.
Dia menyatakan Kerajaan Majapahit bukanlah mitos.
"Berdasarkan bukti arkeologis, Majapahit memang ada, bahkan bukan sekadar pernah ada. Majapahit merupakan negara besar dan memiliki peradaban maju," ujarnya.
Selain itu ditemukan juga Situs Kumitir di Dusun Bendo, Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto.
Kajian arkeolog terhadap Situs Kumitir menyimpulkan bahwa struktur bangunan itu merupakan istana persinggahan Raja (Bhre) Wengker di Kotaraja Majapahit.
Istana atau puri itu kerap dipakai oleh raja-raja bawahan dan bangsawan Majapahit ketika akan menemui Raja Majapahit ataupun saat bertugas di Kotaraja Kerajaan Majapahit.
Bukti-bukti peninggalan Kerajaan Majapahit hingga kini masih bisa disaksikan, terutama di wilayah Jawa Timur.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR