Perjuangan Kerajaan Aceh Darussalam melawan Belanda dimulai sejak abad ke-16, ketika Belanda mulai masuk ke Nusantara untuk mencari rempah-rempah.
Kerajaan Aceh Darussalam tidak mau tunduk kepada Belanda dan berusaha mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatannya.
Kerajaan ini juga membantu kerajaan-kerajaan Islam lainnya yang berperang melawan Belanda, seperti Kerajaan Banten, Kerajaan Mataram, dan Kerajaan Gowa.
Salah satu tokoh yang paling berjasa dalam perjuangan Kerajaan Aceh Darussalam adalah Sultan Iskandar Muda.
Sultan ini memimpin kerajaan dari tahun 1607 hingga 1636 dan berhasil memperluas wilayah kekuasaannya hingga mencapai Selat Malaka, Sumatera Barat, dan Jawa Barat.
Sultan ini juga membangun banyak benteng, masjid, istana, dan pelabuhan yang megah dan kokoh.
Sultan ini juga dikenal sebagai sultan yang cinta ilmu dan seni, serta memiliki hubungan baik dengan negara-negara asing, seperti Inggris, Turki, dan Persia.
Perjuangan Kerajaan Aceh Darussalam berlanjut hingga abad ke-19, ketika Belanda mulai menerapkan politik tanam paksa dan eksploitasi sumber daya alam di Indonesia.
Kerajaan Aceh Darussalam menolak untuk menandatangani perjanjian dengan Belanda yang mengakui kekuasaan Belanda atas seluruh wilayah Indonesia.
Kerajaan ini juga menolak untuk membayar pajak dan memberikan konsesi kepada Belanda.
Hal ini membuat Belanda marah dan memutuskan untuk menyerang Kerajaan Aceh Darussalam pada tahun 1873.
Perang Aceh, atau yang dikenal juga sebagai Perang Serambi Mekkah, adalah perang yang paling panjang dan paling sengit dalam sejarah Indonesia.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR