Pasangan ini pun sempat menampilkan para penari suku Asmat keliling Amerika Serikat pada tahun 1989.
Misi mereka dalam berkarya adalah mengangkat seni budaya tanpa mencabut akar tradisinya.
Karya-karya Elly lahir dari kegelisahan dan apa yang dirasakan saat itu.
Ia mengangkat tokoh-tokoh perempuan dari sudut pandang sebagai sesama perempuan.
Lewat karyanya "Cut Nya’ Perempuan itu Ada" (2014), ia ingin para perempuan meneladani semangat beliau untuk dapat menempatkan diri sadar kapan dia harus di depan, di samping atau di belakang.
Setelah sang suami berpulang tahun 2014, rumahnya menjadi “klinik seni" untuk menghidupkan semangat para seniman muda untuk berkarya.
”Saya hanya ingin menjadi Ibu bagi dunia seni," ujar Elly yang di usia 71 tahun masih aktif mengeksplorasi seni tari tradisi dan menumbuhkan kecintaan anak-anak pada seni tari Nusantara, termasuk kepada cucunya.
KOMENTAR