Ia juga berharap bahwa dengan menyerang Jepara, ia bisa memprovokasi Mataram untuk berperang, sehingga VOC bisa mengambil kesempatan untuk merebut wilayah-wilayah yang kaya rempah-rempah, seperti Banten dan Maluku.
Coen mendapat persetujuan dari Dewan XVII, badan tertinggi VOC, untuk melancarkan serangan tersebut.
Serangan VOC ke Jepara dimulai pada bulan Mei 1618, dengan menggunakan 19 kapal dan sekitar 1.600 tentara.
VOC berhasil menembus pertahanan Jepara, yang dipimpin oleh Ratu Kalinyamat, seorang penguasa wanita yang berkuasa di Jepara sejak tahun 1579.
Ratu Kalinyamat adalah istri dari Sultan Hadlirin, raja Jepara sebelumnya, yang meninggal pada tahun 1587.
Ia juga adalah adik dari Sultan Trenggana, raja Demak sebelumnya, yang meninggal pada tahun 1546.
Ratu Kalinyamat dikenal sebagai seorang pemimpin yang berani dan cerdas, yang mampu mempertahankan kemerdekaan Jepara dari ancaman Mataram dan VOC.
Namun, kekuatan VOC ternyata terlalu besar untuk ditahan oleh Jepara.
Setelah beberapa hari bertempur, VOC berhasil menguasai kota itu, dan membakar sebagian besar bangunan, termasuk masjid, istana, dan rumah-rumah penduduk.
Ratu Kalinyamat berhasil melarikan diri ke pedalaman, bersama dengan sebagian besar penduduknya.
Baca Juga: Inilah Sosok Sunan Pakubuwono X, Raja Keraton Solo Yang Dikelilingi 2 Permaisuri Dan 39 Selir
Ia kemudian membangun kembali Jepara di tempat yang lebih aman, dan terus melawan VOC hingga akhir hayatnya.
Serangan VOC ke Jepara memiliki dampak yang besar bagi sejarah Indonesia.
Serangan ini menimbulkan kemarahan dan kebencian dari Mataram terhadap VOC, yang kemudian memicu perang yang berlangsung selama beberapa dekade.
Perang ini dikenal sebagai Perang Jawa, yang melibatkan berbagai pertempuran, pengepungan, dan perjanjian.
Salah satu pertempuran terbesar adalah Pertempuran Batavia pada tahun 1628-1629, di mana Mataram mencoba untuk merebut ibu kota VOC, tetapi gagal.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR