Peristiwa Nakbah 15 Mei 1948, Kisah Terusirnya Warga Palestina

Ade S

Editor

Warga Palestina meninggalkan kota Galilea pada Oktober-November 1948. Akibat Perang Arab-Israel I, ratusan ribu warga Palestina yang mengungsi tak bisa kembali ke kampung halaman mereka. Simak kisah peristiwa Nakbah 15 Mei 1948, ketika ratusan ribu warga Palestina terusir dari tanah airnya oleh Isra
Warga Palestina meninggalkan kota Galilea pada Oktober-November 1948. Akibat Perang Arab-Israel I, ratusan ribu warga Palestina yang mengungsi tak bisa kembali ke kampung halaman mereka. Simak kisah peristiwa Nakbah 15 Mei 1948, ketika ratusan ribu warga Palestina terusir dari tanah airnya oleh Isra

Intisari-Online.com -Tahukah Anda bagaimana konflik antara Israel dan Palestina bermula?

Apa yang menyebabkan jutaan warga Palestina harus hidup sebagai pengungsi di berbagai negara?

Jawabannya terletak pada peristiwa Nakbah 15 Mei 1948.

Peristiwa ini merupakan titik balik sejarah Palestina, ketika Israel mendeklarasikan berdirinya negara mereka di tanah yang sebelumnya dihuni oleh warga Arab.

Perang pun pecah antara Israel dan lima negara Arab, dan akibatnya ratusan ribu warga Palestina terpaksa meninggalkan rumah dan tanahnya.

Bagaimana kisah selengkapnya? Mari kita simak bersama.

Peristiwa Nakbah 15 Mei 1948

Bagi warga Arab Palestina, 15 Mei merupakan hari yang penuh kesedihan. Pada tanggal tersebut, tepatnya pada tahun 1948, ratusan ribu orang harus meninggalkan tanah airnya yang kini dikuasai oleh Israel.

Menurut Aljazeera, seperti dilansirKompas.tv,Israel berasal dari sebuah komunitas Yahudi di Palestina yang disebut Yishuv.

Komunitas ini memiliki ideologi khusus, yaitu Zionisme.

Baca Juga: Ketika Sosok Penting Dari Palestina Dan Israel Berbagi Hadiah Nobel Perdamaian 1994

Zack Beaucham, koresponden senior Vox, menjelaskan bahwa Zionisme adalah ideologi nasional Israel. Zionis meyakini bahwa Yahudi adalah bangsa sekaligus agama (Yudaisme), dan bahwa mereka berhak memiliki negara sendiri di tanah leluhur mereka, yaitu Israel.

Sejak tahun 1880-an, kelompok Zionis dari Eropa ini menetap di Palestina dan berencana mendirikan negara mereka sendiri.

Pada 14 Mei 1948, David Ben-Gurion sebagai pemimpin kelompok Zionis ini mendeklarasikan berdirinya negara Israel.

Keesokan harinya, Inggris yang telah menjajah wilayah Palestina sejak Perang Dunia I mulai menarik pasukannya.

Perang pun pecah pada 15 Mei 1948. Lima negara Arab, yaitu Mesir, Suriah, Lebanon, Iraq dan Yordania melawan Israel.

Israel memiliki keunggulan dalam perang ini karena tentaranya terdiri dari mantan prajurit Inggris yang berpengalaman di masa Perang Dunia II.

Ali Younes, Jurnalis Aljazeera, menulis bahwa setelah Israel mengalahkan lima negara Arab yang kurang siap dan kalah jumlah, pengusiran warga Palestina terus berlangsung.

Dari tahun 1947 hingga 1949 saja, sekitar 750 ribu warga Arab Palestina terpaksa keluar dari rumah dan tanahnya.

Hanya sekitar 1,5 juta penduduk Palestina yang masih bisa tinggal di wilayah yang diklaim Israel saat ini.

Warga Arab Israel ini menyumbang 20% dari total penduduk Israel, yaitu sekitar 9,3 juta orang.

Sedangkan, 5 juta penduduk Palestina lainnya tinggal di Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Baca Juga: Lebih Dekat Dengat Yasser Arafat, Sosok Penting Dalam Mengawal Perjuangan Palestina, Pernah Diganjar Hadiah Nobel

Di samping itu, 6 juta warga Arab Palestina lainnya harus mengungsi ke berbagai negara dunia.

Wilayah yang diklaim Israel ini jauh lebih luas daripada wilayah Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Luas wilayah Israel sekitar 20 ribu kilometer per segi. Sementara itu, luas wilayah Palestina hanya sekitar 5,6 ribu sampai 6,2 ribu kilometer per segi.

Karena pengusiran ini, penduduk Palestina selalu memperingati tanggal 15 Mei sebagai Nakba Day atau “Hari Bencana”.

Joseph Masaad, Profesor Sejarah dan Politik Arab Modern Universitas Columbia, mengatakan bahwa peringatan hari Nakba ini adalah bentuk perlawanan terhadap Zionis.

"Israel dan Zionis merasa tersakiti oleh hal ini. Mereka gagal menyelesaikan misinya untuk menjajah Palestina sepenuhnya, mengusir semua orang Palestina, untuk 'mengumpulkan' semua orang Yahudi di dunia di koloni mereka. Hal ini membuat mereka tidak nyaman dan membuat proyek (negara Israel) selalu dalam kondisi sekarang,” ungkap Masaad.

Hari Nakba ini mengingatkan warga Arab akan pengusiran mereka. Menurut Masaad, inti dari Hari Nakba ini adalah perlawanan warga Arab terhadap klaim Israel.

"Israel tidak bisa mewujudkan 'Negara Yahudi' imajiner mereka tanpa adanya populasi Arab yang mengklaim wilayah itu,” tambah Masaad.

Perlawanan ini juga masih hidup di kalangan warga Arab di negara-negara lain, seperti Mesir dan Yordania.

“Orang-orang Arab masih merasa bahwa perjuangan Palestina adalah perjuangan mereka, meskipun pemerintah negara mereka tidak lagi menganggapnya penting,” kata Adnan Abu Odeh, penduduk Palestina yang menetap di Yordania dan pernah menjabat sebagai Kepala Pengadilan Kerajaan Yordania.

Peristiwa Nakbah 15 Mei 1948 adalah hari yang penuh kesedihan bagi warga Palestina. Hari ini mengingatkan mereka akan pengusiran mereka dari tanah airnya oleh Israel.

Namun, hari ini juga menjadi hari perlawanan bagi mereka yang masih berjuang untuk mendapatkan hak dan keadilan mereka.

Perjuangan ini tidak hanya dilakukan oleh warga Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza, tetapi juga oleh warga Arab di negara-negara lain yang masih merasa terlibat dengan nasib saudara-saudara mereka.

Peristiwa Nakbah 15 Mei 1948 adalah bukti bahwa sejarah tidak bisa dilupakan begitu saja, tetapi harus dijadikan pelajaran untuk masa depan.

Baca Juga: Awal Mula Konflik Israel dan Palestina, Semua Gara-gara Inggris?

Artikel Terkait