Kerajaan Samudera Pasai mencapai masa kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Al-Malik az-Zahir II yang bertakhta hingga tahun 1349.
Pada masa ini, kerajaan ini menguasai perdagangan di Selat Malaka dan menjadi sentrum penyebaran Islam di Nusantara.
Banyak saudagar dari berbagai negeri, baik dari wilayah Nusantara maupun dari bangsa-bangsa asing, yang singgah untuk berniaga di pelabuhan Samudera Pasai.
Kerajaan Samudera Pasai juga memiliki hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan lain di dunia.
Salah satu buktinya adalah kunjungan Ibnu Battutah, seorang penjelajah dan penulis dari Maroko, yang datang ke Samudera Pasai pada tahun 1345.
Ia menyaksikan kemegahan dan kemakmuran kerajaan ini, serta keislaman dan kesopanan penduduknya.
Ia juga bertemu dengan Sultan Al-Malik az-Zahir II dan memberikan pujian kepadanya.
Selain itu, Kerajaan Samudera Pasai juga mengeluarkan mata uang sendiri berupa koin emas (dirham) dan perak (fulus) yang memiliki komposisi emas murni 70 persen.
Koin-koin ini bertuliskan kalimat syahadat dan nama sultan yang berkuasa pada saat itu.
Koin-koin ini menunjukkan kedaulatan dan kewibawaan Kerajaan Samudera Pasai sebagai kerajaan Islam yang besar dan berpengaruh.
Baca Juga: Mengenal Kerajaan Siak, Kerajaan Islam yang Berdiri di Pesisir Timur Sumatera
Peninggalan Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan Samudera Pasai berakhir pada tahun 1521 akibat invasi Portugis yang menghancurkan pelabuhan dan kota kerajaannya.
Namun, kerajaan ini meninggalkan beberapa peninggalan yang masih dapat dilihat hingga kini.
Salah satunya adalah makam Sultan Malik as-Saleh yang terletak di Desa Gle Putoh, Kecamatan Muara Satu, Kota Lhokseumawe.
Makam ini dibangun dengan gaya arsitektur Islam dengan menggunakan batu nisan berukir kaligrafi Arab.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR