Pada tahun 1826, Sultan Adam, yang merupakan sultan terakhir Kesultanan Banjar, menandatangani Perjanjian Banjar dengan Belanda, yang menjadikan Kesultanan Banjar sebagai negara bawahan Belanda.
Perjanjian ini menimbulkan ketidakpuasan dan perlawanan dari rakyat Banjar, yang kemudian memicu terjadinya Perang Banjar (1859-1905), yaitu perang gerilya antara rakyat Banjar melawan Belanda.
Pahlawan-pahlawan Banjar yang berjuang dalam perang ini antara lain adalah Pangeran Antasari, Pangeran Hidayatullah II, Demang Lehman, dan Tumenggung Surapati.
Pada tahun 1860, Belanda secara sepihak menghapuskan Kesultanan Banjar dan menggantinya dengan komisi kerajaan di bawah pengawasan Belanda.
Namun, rakyat Banjar tetap mengakui adanya pemerintahan darurat atau pelarian yang dipimpin oleh Sultan Muhammad Seman, putra Sultan Adam, yang berakhir pada tahun 1905.
Dengan demikian, pemerintahan Kesultanan Banjar secara resmi berakhir pada tahun 1905.
Kesimpulan
Kesultanan Banjar adalah kerajaan Islam pertama di Kalimantan Selatan yang memiliki sejarah yang panjang dan menarik.
Kesultanan Banjar didirikan oleh Pangeran Samudera atau Sultan Suriansyah pada tahun 1526, setelah ia memeluk Islam dengan bantuan utusan dari Kesultanan Demak.
Kesultanan Banjar mengalami masa kejayaan pada abad ke-17 hingga abad ke-18, dengan memiliki wilayah yang luas, hubungan dagang dan diplomatik yang baik, sumber daya alam yang melimpah, dan budaya yang kaya dan unik.
Kesultanan Banjar mengalami kemunduran pada abad ke-19 akibat campur tangan Belanda dalam urusan internal kerajaannya.
Kesultanan Banjar dihapuskan oleh Belanda pada tahun 1860 dan digantikan oleh komisi kerajaan.
Pemerintahan Kesultanan Banjar secara resmi berakhir pada tahun 1905 setelah perlawanan rakyat Banjar melawan Belanda berakhir.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR