Peristiwa ini terjadi pada 9 September 1964, ketika Soekarno sedang beristirahat di Istana Bogor.
Saat itu, sebuah bom yang disembunyikan di bawah tempat tidur Soekarno meledak dan menghancurkan sebagian ruangan.
Namun, Soekarno selamat karena ia tidak berada di tempat tidur tersebut saat ledakan terjadi. Ia hanya mengalami luka ringan akibat serpihan kaca.
Pelaku pengeboman ini adalah seorang pria bernama Suyono, yang merupakan anggota TNI AU yang juga terlibat dalam pemberontakan Permesta.
Bom di Istana Merdeka
Peristiwa ini terjadi pada 14 September 1964, hanya lima hari setelah percobaan pembunuhan di Istana Bogor.
Saat itu, sebuah bom yang diletakkan di bawah kursi Soekarno di ruang rapat Istana Merdeka meledak dan menimbulkan kerusakan parah.
Namun, Soekarno selamat karena ia tidak berada di ruang rapat tersebut saat ledakan terjadi.
Ia sedang berada di ruang tamu bersama dengan beberapa tamu kenegaraan.
Pelaku pengeboman ini adalah seorang pria bernama Sutomo, yang juga merupakan anggota TNI AU yang juga terlibat dalam pemberontakan Permesta.
Dari ketujuh percobaan pembunuhan tersebut, dapat dilihat bahwa mayoritas pelaku adalah anggota TNI AU yang berafiliasi dengan gerakan pemberontakan Permesta.
Permesta adalah singkatan dari Perjuangan Semesta Alam Republik Indonesia, yaitu sebuah gerakan yang menuntut otonomi daerah dan penolakan terhadap politik luar negeri Soekarno yang cenderung pro-komunis dan anti-Barat.
Gerakan ini dipimpin oleh beberapa tokoh militer dan sipil dari Sulawesi Utara, seperti Letkol Ventje Sumual, Kolonel Alexander Evert Kawilarang, dan Dr. Sam Ratulangi.
Selain itu, beberapa pelaku juga berasal dari DI/TII, yaitu sebuah gerakan yang menuntut berdirinya negara Islam Indonesia yang berlandaskan syariat Islam.
Gerakan ini dipimpin oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, yang merupakan mantan sahabat Soekarno sejak masa perjuangan kemerdekaan.
Namun, karena perbedaan pandangan politik dan ideologi, Kartosoewirjo kemudian memisahkan diri dari Soekarno dan mendirikan DI/TII pada tahun 1949¹.
Dari sisi motif, dapat dikatakan bahwa percobaan pembunuhan terhadap Soekarno dilakukan oleh para pelaku karena adanya ketidakpuasan dan ketidaksetujuan terhadap kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh Soekarno sebagai presiden.
Baik Permesta maupun DI/TII merasa bahwa Soekarno telah menyimpang dari cita-cita kemerdekaan dan menjalankan pemerintahan yang otoriter, korup, dan pro-komunis.
Oleh karena itu, mereka berusaha untuk menggulingkan atau membunuh Soekarno sebagai cara untuk merebut kekuasaan atau mendirikan negara baru².
Namun, meskipun menghadapi berbagai upaya pembunuhan tersebut, Soekarno tetap bertahan hidup hingga akhir hayatnya pada tahun 1970.
Ia bahkan sempat memaafkan beberapa pelaku percobaan pembunuhan tersebut dari hukuman mati dan memberikan mereka kesempatan.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR