Kerajaan Sunda Galuh, Sejarah Perkembangan dan Persatuan Dua Kerajaan di Tanah Pasundan

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Ilustrasi - Kerajaan Sunda
Ilustrasi - Kerajaan Sunda

Intisari-online.com - Kerajaan Sunda dan Galuh berasal dari kerajaan Tarumanegara yang merupakan kerajaan tertua di Jawa Barat.

Kerajaan Tarumanegara didirikan oleh raja Purnawarman pada abad ke-5 Masehi.

Kerajaan ini memiliki wilayah yang luas, mencakup bagian barat Jawa, Sumatera, dan Kalimantan.

Kerajaan Tarumanegara dikenal sebagai kerajaan yang maju dalam bidang pertanian, perdagangan, dan seni.

Namun, pada abad ke-7 Masehi, kerajaan Tarumanegara mengalami kemunduran akibat serangan dari kerajaan Sriwijaya.

Kerajaan Tarumanegara pun terpecah menjadi dua bagian, yaitu kerajaan Sunda di sebelah barat dan kerajaan Galuh di sebelah timur.

Kedua kerajaan ini memiliki hubungan yang saling bersaing dan sering terlibat konflik.

Persatuan Kerajaan Sunda dan Galuh

Pada abad ke-8 Masehi, muncul seorang raja yang berhasil menyatukan kembali kerajaan Sunda dan Galuh.

Raja tersebut bernama Sanjaya, yang berasal dari dinasti Syailendra.

Sanjaya adalah putra dari raja Sunda bernama Tarusbawa dan putri dari raja Galuh bernama Manikmaya.

Sanjaya menikahi putri dari raja Sriwijaya bernama Dewi Tara, yang merupakan keturunan dari raja Purnawarman.

Sanjaya memerintah dengan bijaksana dan adil. Ia berhasil mengembalikan kejayaan kerajaan Tarumanegara dengan membangun berbagai candi, prasasti, dan irigasi.

Baca Juga: Apa yang Dirasakan Rakyat Kerajaan Tarumanegara Atas Perjuangan yang Dilakukan oleh Raja Purnawarman?

Ia juga menjalin hubungan baik dengan kerajaan Sriwijaya, Mataram, dan Kalingga.

Ia dikenal sebagai raja yang beragama Hindu, tetapi juga toleran terhadap agama Buddha.

Sanjaya meninggal pada tahun 732 Masehi. Ia digantikan oleh putranya yang bernama Panangkaran. Panangkaran meneruskan kebijakan ayahnya dalam mempersatukan kerajaan Sunda Galuh.

Ia juga memindahkan ibu kota kerajaannya dari Pakuan Pajajaran (Bogor) ke Medang Kamulan (Jawa Tengah). Ia juga mendirikan candi Borobudur sebagai pusat pemujaan agama Buddha.

Dinasti-Dinasti Kerajaan Sunda Galuh

Setelah Panangkaran, kerajaan Sunda Galuh diperintah oleh beberapa dinasti yang saling berganti.

Berikut adalah daftar dinasti-dinasti tersebut beserta raja-raja yang terkenal:

- Dinasti Wretikandayun (832-1030 Masehi): dinasti ini didirikan oleh Wretikandayun, putra dari Balaputradewa.

Raja-raja yang terkenal adalah Prabu Guru Dharmasiksa (915-922 Masehi) yang membangun candi Prambanan, dan Prabu Resi Dharmawangsa (990-1030 Masehi) yang membangun candi Sewu.

- Dinasti Sunda (1030-1579 Masehi): dinasti ini didirikan oleh Prabu Wastu Kancana, putra dari Prabu Resi Dharmawangsa.

Raja-raja yang terkenal adalah Prabu Siliwangi (1482-1521 Masehi) yang memperluas wilayah kerajaan hingga Banten dan Cirebon, dan Prabu Surawisesa (1521-1535 Masehi) yang menghadapi penyebaran agama Islam di Jawa Barat.

Baca Juga: Sejarah Kerajaan Kutai, dari Awal Berdiri Hingga Keruntuhannya

Keruntuhan Kerajaan Sunda Galuh

Kerajaan Sunda Galuh mengalami keruntuhan pada abad ke-16 Masehi akibat beberapa faktor, antara lain:

- Perang Bubat: perang ini terjadi pada tahun 1527 Masehi antara kerajaan Sunda dan kerajaan Majapahit.

Perang ini dipicu oleh perselisihan mengenai pernikahan putri Sunda bernama Dyah Pitaloka dengan raja Majapahit bernama Hayam Wuruk.

Perang ini berakhir dengan kemenangan Majapahit dan bunuh diri putri Sunda beserta pengiringnya.

- Ekspansi Islam: penyebaran agama Islam di Jawa Barat dimulai sejak abad ke-15 Masehi oleh para ulama, pedagang, dan prajurit dari kerajaan Demak, Cirebon, dan Banten.

Agama Islam menarik banyak pengikut dari kalangan rakyat jelata hingga bangsawan.

Beberapa daerah di Jawa Barat pun melepaskan diri dari kerajaan Sunda Galuh dan membentuk kerajaan-kerajaan Islam sendiri.

- Penjajahan Portugis: kedatangan bangsa Portugis di Jawa Barat pada abad ke-16 Masehi membawa dampak negatif bagi kerajaan Sunda Galuh.

Bangsa Portugis melakukan perdagangan rempah-rempah dengan cara monopoli dan eksploitasi.

Mereka juga mencoba menyebarkan agama Kristen dengan cara paksa dan kekerasan.

Bangsa Portugis juga bersekutu dengan kerajaan Banten untuk menyerang kerajaan Sunda Galuh.

Akhirnya, pada tahun 1579 Masehi, kerajaan Sunda Galuh runtuh setelah diserang oleh pasukan gabungan dari Banten, Cirebon, Demak, dan Portugis.

Raja terakhir kerajaan Sunda Galuh bernama Prabu Ratu Jayadewata atau Prabu Udara meninggal dalam pertempuran di Tegallega (Bandung).

Dengan demikian, berakhirlah sejarah kerajaan Sunda Galuh yang pernah berjaya di tanah Pasundan.

Artikel Terkait