Hubungan dengan Majapahit
Kerajaan Gelgel memiliki hubungan yang baik dengan Majapahit selama masa pemerintahan Dalem Ketut Smara Kapakisan.
Raja ini mengirimkan upeti secara teratur kepada Majapahit dan mengikuti arahan-arahan dari pusat pemerintahan di Jawa Timur.
Raja ini juga mendukung upaya-upaya Majapahit untuk menyebarluaskan agama Hindu-Buddha di nusantara.
Salah satu bukti hubungan baik antara Gelgel dan Majapahit adalah kisah Dang Hyang Nirartha, seorang pendeta Hindu yang berasal dari Majapahit.
Dang Hyang Nirartha datang ke Bali pada tahun 1489 atas perintah Raja Brawijaya V, raja terakhir Majapahit.
Ia bertugas untuk mengajarkan ajaran Hindu-Buddha kepada rakyat Bali dan membangun pura-pura di berbagai tempat.
Dang Hyang Nirartha disambut dengan hormat oleh Dalem Waturenggong, raja kedua Gelgel yang menggantikan Dalem Ketut Smara Kapakisan pada tahun 1458.
Dalem Waturenggong memberikan perlindungan dan fasilitas kepada Dang Hyang Nirartha untuk menjalankan tugasnya.
Dang Hyang Nirartha kemudian menjadi guru spiritual bagi raja dan rakyat Gelgel.
Dalam perjalanannya di Bali, Dang Hyang Nirartha membangun banyak pura yang menjadi tempat ibadah dan pusat kebudayaan Hindu.
Beberapa pura yang dibangun oleh Dang Hyang Nirartha adalah Pura Tanah Lot, Pura Uluwatu, Pura Rambut Siwi, Pura Luhur Batukaru, dan Pura Luhur Pakendungan.
Dang Hyang Nirartha juga mengembangkan ajaran Hindu-Buddha yang sesuai dengan kondisi sosial dan budaya Bali.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR