* Kabinet Natsir (6 September 1950-27 April 1951)
* Kabinet Sukiman-Suwirjo (27 April 1951-3 April 1952)
* Kabinet Wilopo (3 April 1952-3 Juni 1953)
* Kabinet Ali Sastroamijoyo I (31 Juli 1953-24 Juli 1955)
* Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955-3 Maret 1956)
* Kabinet Ali Sastroamijoyo II (24 Maret 1956-14 Maret 1957)
* Kabinet Djuanda (9 April 1957-10 Juli 1959)
Lalu, apa penyebab sering bergantinya kabinet di masa Demokrasi Liberal?
Alasan pergantian kabinet
Masa Demorkasi Liberal adalah masa di mana Presiden Soekarno menggunakan konstitusi Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia 1950 untuk memerintah.
Sistem multipartai yang dianut Indonesia pada masa ini menjadi faktor utama yang menyebabkan kabinet-kabinet sering berganti.
Hal ini karena partai politik saling bersaing dan berkepentingan, sehingga anggota partai lebih mementingkan partai mereka daripada kepentingan nasional.
Akibatnya, tidak ada satu pun kabinet yang berhasil menjalankan programnya, dan tuntutan dari parlemen pun tidak terpenuhi.
Kondisi ini membuat kabinet-kabinet mudah digulingkan oleh kelompok oposisi yang memiliki kekuatan di parlemen melalui mosi tidak percaya.
Selain itu, kabinet-kabinet juga menghadapi tantangan dari gerakan pemberontakan yang sering terjadi, seperti DI/TII, APRA, RMS, dan Andi Azis.
Dampak pergantian kabinet
Dampak yang ditimbulkan oleh pergantian kabinet yang sering terjadi pada masa Demokrasi Liberal antara lain:
Baca Juga: Penyebab Peristiwa Tanjung Morawa yang Menjatuhkan Kabinet Wilopo
KOMENTAR