Intisari-Online.com - Berikut rangkuman tentang salah satu partaipada masa Demokrasi Liberal 1950-1959.
Untuk mengetahui jawaban dari soal rangkuman tentang salah satu partaipada masa Demokrasi Liberal 1950-1959'ada dihalaman 66dalambukuSejarah kelas XIIdalamkurikulum 13.
Demokrasi Liberal adalah sistem politik yang menganut kebebasan individu.
Sistem pemerintahan Liberal berlaku antara tahun 1949 sampai 1959 ditandai dengan tumbuhnya partai politik dan berlakunya kabinet parlementer.
Pada masa Demokrasi Liberal tercetus beberapa partai yang menarik perhatian kalangan rakyat.
Salah saturangkuman tentang salah satu partaipada masa Demokrasi Liberal 1950-1959yakni Partai Masyumi.
Partai Masyumi ialah sebuah partai politik di Indonesia pada masa awal kemerdekaan.
Partai ini memiliki nama panjang Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia, yang didirikan pada tanggal 7 November 1945 di Yogyakarta.
Sesuai dengan namanya, partai Masyumi didirikan dengan tujuan sebagai partai politik yang menaungi umat Islam dan sebagai pemersatu umat Islam dalam bidang politik.
Pada masa awal berdirinya, Partai Masyumi merangkul banyak elemen umat Islam/organisasi Islam.
Dua organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah pernah bergabung dalam wadah Masyumi.
Namun karena konflik internal yang terjadi dan perbedaan pendapat di antara tokoh-tokohnya, NU dan Muhammadiyah kemudian menyatakan keluar dari Partai Masyumi.
Pada tahun 1955, Masyumi mengikuti pemilihan umum pertama di Indonesia.
Pada pemilu tersebut, Masyumi menjadi pemenang kedua di bawah PNI dengan selisih 2% suara saja.
Hal ini juga berarti bahwa Masyumi ialah kekuatan politik Islam terbesar pada saat itu, mengalahkan Partai NU yang berada di bawahnya dengan selisih 2% suara.
Popularitas Masyumi pada waktu itu dikarenakan oleh tokoh-tokohnya yang banyak mendapat simpati dari masyarakat, seperti Mohammad Natsir, Hamka, Syafrudin Prawiranegara, Mohammad Roem, dan Kasman Singadimeja.
Meskipun demikian, Partai Masyumi dibubarkan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1960 dengan alasan tokoh-tokoh Masyumi dicurigai terlibat dalam gerakan pemberontakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).
Akan tetapi, pembubaran ini dikritik sebagai sikap otoriter Soekarno yang tidak menoleransi sikap-sikap politik yang berseberangan dengannya.
Baca Juga: Siasat 'Gila' Kompeni Pertahankan Batavia, Serang Pasukan Sultan Agung dengan Tinja
(*)