Intisari-Online.com-Salah satu penulissastra realis Indonesia,Y. B. Mangunwijaya atau Romo Mangun, menuliskan ceritanyaberdasarkan kebenaran sejarah.
Begitu juga dalamTrilogi Rara Mendut yang menceritakan sosok kontroversial Rara Mendut.
MelansirTribun Jogja, tentang Rara Mendut ada beberapa kesamaan di sejumlah versi.
Dia perempuan yang konon seksi, sensual, cantik jelita, berasal dari kampung nelayan di pesisir Kadipaten Pati (Kabupaten Pati sekarang).
Kisahnya berkelindan dengan drama seru pemberontakan Adipati Pragola (II), yang angkat senjata menentang kekuasaan Sultan Agung di Kerta (Mataram).
Pragola (II) ini sesungguhnya masih saudara sepupu dengan Raden Mas Jolang (Sultan Agung).
Pragola adalah anak Pangeran Puger, putra Panembahan Senopati yang mendirikan tahta Mataram di Kotagede.
Sesudah Sultan Agung bertahta, Puger jadi Adipati Demak, yang kemudian angkat senjata sebelum ditumpas.
Kematian Pangeran Puger ini menimbulkan dendam di benak Adipati Pragola (II).
Lebih-lebih Adipati Pragola (I), juga pernah angkat senjata menantang Panembahan Senopati.
Ini jadi semacam bara yang menahan kebencian Adipati Pati terhadap kekuasaan Mataram.
Kisah Rara Mendut diawali dari pemberontakan Pragola.
Sultan Agung memimpin langsung pembasmian ke Pati, dan saat itu ikutlah Tumenggung Wiroguno sebagai panglima perang.
Pragola ketika menghadapi Sultan Agung mengenakan baju zirah, namun akhirnya tumbang di tangan prajurit pemegang payung Sultan Agung.
Pati ditaklukkan, kekayaan dijarah, gadis-gadis dan perempuan cantik di Pati diboyong ke Mataram, termasuk Roro Mendut, yang ketika itu jadi selir Pragola.
Ia dibawa paksa ke ibukota Mataram, ke rumah Tumenggung Wiroguno.
Terpesona kecantikannya, dan karena ingin punya keturunan, Wiroguna ngotot mempersunting Mendut menjadi istrinya.
Mendut melawan bangsawan tua itu dan terus melawan.
Wiroguno menjadi kesal dan memasukkan Rara Mendut ke daftar taklukan yang harus membayar pajak ke Mataram, hal ini membuat Mendut memutar otak supaya bisa mengumpulkan kepeng demi kepeng untuk pasokan ke kerajaan.
Bermodal tubuh dan kecantikannya, Mendut berjualan rokok di sebuah pasar dan tempat orang biasa menyabung ayam.
Tempat itu bernama Pasar Prawiromanten, atau kemudian hingga saat ini disebut Balong, letaknya di selatan Keraton Kerta.
Mendut menjual mahal rokok lintingannya, karena yang diburu adalah rokok yang dikulumnya lebih dulu.
Mendut akhirnya bisa mengumpulkan uang cepat dan banyak dari lapak yang digelarnya.
Hingga suatu saat Mendut bertemu Pronocitro, penyabung ayam yang juga datang ke keramaian itu danjatuh cinta.
Mengetahui perkembangan Mendut yang merajut hubungan dengan Pronocitro, murkalah Wiroguno untuk kemudian menyuruh orang membunuhnya.
Kematian Pronocitro sampai juga ke telinga Mendut, yang masih tinggal di keputren rumah Wiroguno.
Mendut tak percaya. Wiroguno mengajak Mendut melihat makam Pronocitro untuk membuktikannya.
Sampai di lokasi, Mendut histeris. Wiroguno memaksanya menarik pulang.
Saat tarik-tarikan itulah, Mendut mencuri kesempatan melolos keris Wiroguno, lalu ditikamkan ke tubuhnya.
Mendut tewas tak jauh dari makam kekasihnya.
Baca Juga: Eksekusi Mati Raden Trunojoyo Terbengis Sepanjang Sejarah Kerajaan
(*)