Intisari-online.com - Nikel pertama kali ditemukan di Indonesia pada tahun 1879 oleh seorang ahli geologi Belanda bernama Reinier Cornelis Bakhuizen van den Brink.
Ia menemukan adanya bijih nikel di daerah Pomalaa, Sulawesi Tenggara.
Saat itu, ia sedang melakukan penelitian geologi di wilayah tersebut atas permintaan pemerintah kolonial Belanda.
Bakhuizen menamakan bijih nikel yang ia temukan sebagai "tembaga setan" karena warnanya yang merah dan mengkilap seperti tembaga, tetapi tidak dapat dilebur dengan cara biasa.
Juga menyadari bahwa bijih nikel ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena permintaannya yang besar di pasar dunia.
Namun, Bakhuizen tidak segera mengembangkan potensi nikel di Sulawesi.
Ia lebih tertarik pada penelitian geologi lainnya, seperti vulkanologi dan paleontologi.
Kemudian juga mengalami kesulitan dalam mendapatkan izin dari pemerintah kolonial Belanda untuk melakukan eksplorasi lebih lanjut.
Baru pada tahun 1901, Bakhuizen kembali ke Sulawesi dan melakukan survei geologi yang lebih mendalam.
Ia berhasil menemukan cadangan nikel yang lebih besar dan berkualitas di daerah Kolaka, Sulawesi Tenggara.
Kemudian mengajukan permohonan konsesi pertambangan kepada pemerintah kolonial Belanda.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR