Baca Juga: Ramalan Sunan Kalijaga Tentang Akhir Zaman di Pulau Jawa, Sebagian Sudah Terjadi
Selain itu, Keraton Surakarta juga mengalami krisis internal akibat perselisihan antara raja dan para bangsawan.
Ronggowarsito sendiri pernah ditahan oleh Belanda karena diduga terlibat dalam pemberontakan Pangeran Diponegoro.
Dalam situasi yang suram ini, Ronggowarsito mencurahkan isi hatinya dalam bentuk puisi-puisi yang menggambarkan keadaan zaman yang buruk.
Salah satunya adalah Serat Kalatidha, yang ditulis pada tahun 1869. Serat ini terdiri dari 12 bait yang masing-masing berisi empat baris.
Serat ini menggunakan bahasa Jawa kuno yang sulit dipahami oleh orang awam.
Makna dan Tujuan
Serat Kalatidha berasal dari kata kala (waktu) dan tidha (tidak tahu).
Artinya, zaman yang tidak tahu arah dan tujuan. Dalam bait pertama, Ronggowarsito menulis:
Mangkya darajating praja kawuryan wus sunyaturi
rurah pangrehing ukara karana tanpa palupi
atilar silastuti sujana sarjana kelu kalulun
kala tida tidhem tandhaning dumadi ardayengrat
dene karoban rubeda
Terjemahan bebasnya adalah:
Sekarang keadaan negara sudah semakin merosot
situasi (keadaan tata negara) telah rusak, karena sudah tak ada yang dapat diikuti lagi
sudah banyak yang meninggalkan petuah-petuah/aturan-aturan lama
orang cerdik cendekiawan terbawa arus zaman yang penuh keragu-raguan
suasananya mencekam
karena dunia penuh dengan kerepotan
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR