Didirikan Langsung Oleh Pendatang Dari India, Inilah Riwayat Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Tertua Di Jawa

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Kerajaan Tarumangera menjadi kerajaan tertua yang ada di Nusantara setelah kerajaan Kutai di Kalimantan.
Kerajaan Tarumangera menjadi kerajaan tertua yang ada di Nusantara setelah kerajaan Kutai di Kalimantan.

Kerajaan Tarumangera menjadi kerajaan tertua yang ada di Nusantara setelah kerajaan Kutai di Kalimantan.

Intisari-Online.com -Berbicara mengenai kerajaan tertua di Nusangtara, selain Kerajaan Kutai di Kalimantan, ada juga Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat.

Konon pendiri Kerajaan Tarumanegara adalah seorang resi yang datang langsung dari India.

Kerajaan bercorak Hindu ini disebut sudah ada sejak abad ke-4 dan runtuh pada abad ke-7.

Kerajaan Tarumanegara terletak di tepi Sungai Citarum, Jawa Barat.

Pendiri Kerajaan Tarumanegara adalah Maharesi Jayasingawarman dari India, yang datang ke nusantara karena kekacauan dan penjajahan oleh pasukan Maharaja Samudragupta dari Kerajaan Magada.

Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Raja Purnawarman yang berkuasa antara 395-434 masehi.

Di bawah kekuasaannya, rakyat dipimpin secara bijaksana dan Tarumanegara berhasil menguasai 48 kerajaan daerah.

Dari sumber sejarah Kerajaan Tarumanegara, diketahui wilayah kekuasaannya meliputi hampir seluruh Jawa Barat.

Sejarah berdirinya Kerajaan Tarumanegara bermula ketika Maharesi Jayasingawarman dari Salankayana, India, datang ke Indonesia.

Setelah diterima oleh Raja Dewawarman VIII di Kerajaan Salakanagara, ia dinikahkan dengan salah seorang putrinya.

Jayasingawarman kemudian membuka wilayah (sekarang diperkirakan di sekitar Bekasi) dan mendirikan Kerajaan Taruma pada 358 masehi.

Raja Jayasingawarman berkuasa selama 24 tahun, dari 358-382 masehi.

Setelah wafat, pemerintahan kemudian diterusakan oleh Dharmayawarman.

Pada masa kekuasaannya, pusat pemerintahan Sundah beralih dari Rajatapura ke Tarumanegara.

Rajatapura atau Salakanagara adalah ibukota dari Kerajaan Salakanagara, yang diperkirakan disebut Argyre oleh Ptolemeus di tahun 150, terletak di daerah Teluk Lada, Kabupaten Pandeglang, Banten.

Kota ini sampai tahun 362 menjadi pusat pemerintahan raja-raja wangsa Dewawarman (dari Dewawarman I - VIII).

Setelah pusat pemerintahan berpindah ke Tarumanegara, status Salakanagara berubah menjadi kerajaan daerah atau negara bagian.

Sementara Tarumanegara muncul menjadi kerajaan utama di wilayah Jawa Barat.

Puncak Kejayaan Kerajaan Tarumanegara

Kerajaan Tarumanegara mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Purnawarman, yang merupakan raja ketiga.

Purnawarman adalah penganut agama Hindu, aliran Vaisnawa.

Pada 397 masehi, Purnawarman membangun ibu kota kerajaan yang letaknya lebih dekat ke pantai.

Kota itu diberi nama Sundapura, cikal-bakal kata "Sunda" sekarang.

Maharaja Purnawarman adalah raja yang gagah berani, bijaksana, dan sangat memerhatikan kehidupan rakyatnya.

Pada masa pemerintahannya, dilakukan penggalian Sungai Gomati sepanjang 12 km, untuk menghindari bencana alam seperti banjir ataupun kekeringan yang pada musim kemarau.

Perekonomian di kerajaan ini juga maju, dibuktikan dengan raja yang memberikan sedekah 1.000 ekor sapi kepada para Brahmana.

Penduduknya hidup dengan cara bertani dan sistem pemerintahannya pun sudah teratur.

Di bawah kekuasaannya pula, ada 48 kerajaan daerah yang dikuasai Tarumanegara.

Wilayahnya meliputi hampir seluruh Jawa Barat, mulai dari Banten, Jakarta, Bogor, dan Cirebon.

Selain itu, Kerajaan Tarumanegara telah menjalin hubungan diplomatik dengan Cina.

Dengan adanya hubungan diplomatik tersebut berarti juga terjalin hubungan perdagangan dan pelayaran antara Tarumanegara dan Cina.

Pada 669 masehi, Raja Linggawarman yang baru berkuasa selama tiga tahun wafat.

Takhta kerajaan secara otomatis jatuh ke tangan menantunya, Tarusbawa.

Pergantian kekuasaan ini menandai berakhirnya Kerajaan Tarumanegara karena Tarusbawa lebih menginginkan untuk kembali ke kerajaannya sendiri, yaitu Sunda, yang sebelumnya berada di bawah kekuasaan Tarumanegara.

Atas pengalihan kekuasaan ke Kerajaan Sunda ini, Kerajaan Galuh tidak sepakat dan memutuskan untuk memisahkan diri.

Dengan begitu, wilayah bekas Kerajaan Tarumanegara kemudian dibagi menjadi dua, yaitu Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh dengan Sungai Citarum sebagai pembatasnya.

Peninggalan sekaligus sumber sejarah Kerajaan Tarumanegara cukup banyak dan bervariasi.

Berikut ini peninggalan Kerajaan Tarumanegara yang berupa prasasti, arca, dan naskah yang ditemukan di beberapa lokasi berbeda.

Terdapat tujuh buah prasasti yang menjadi bukti keberadaan Kerajaan Tarumanegara.

Prasasti-prasasti tersebut ditemukan di daerah Bogor (lima buah), Jakarta (satu buah), dan Lebak Banten (satu buah).

Berikut tujuh prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara.

- Prasasti Ciaruteun atau Ciampea

- Prasasti Jambu atau Koleangkak

- Prasasti Kebon Kopi

- Prasasti Tugu

- Prasasti Cidanghiang atau Lebak

- Prasasti Muara Cianten

- Prasasti Pasir Awi

Setidaknya ada 12 raja yang pernah memerintah di Kerajaan Tarumanegara.

Artikel Terkait