Prasasti Yupa, Peninggalan Kerajaan Kutai Martapura Paling Penting

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Keberadaan Kerajaan Kutai Martapura tak bisa dilepaskan dari peninggalan terpentingnya, Prasasti Yupa.
Keberadaan Kerajaan Kutai Martapura tak bisa dilepaskan dari peninggalan terpentingnya, Prasasti Yupa.

Keberadaan Kerajaan Kutai Martapura tak bisa dilepaskan dari peninggalan terpentingnya, Prasasti Yupa.

Intisari-Online.com -Keberadaan Kerajaan Kutai sebagai kerajaan tertua di Nusantara dipertegas oleh beberapa peninggalan.

Yang paling terkenal tentu saja Yupa, tapi apakah itu satu-satunya peninggalan kerajaan Kutai Martadipura?

Kerajaan Kutai dikenal sebagai kerajaan Hindu tertua, sekaligus kerajaan tertua di Nusantara.

Kerajaan ini berdiri sejak abad ke-4 Masehi dan terletak di hulu Sungai Mahakam, wilayah Muara Kaman yang kini telah berganti nama menjadi wilayah Kalimantan Timur.

Sebagai kerajaan yang bercorak Hindu, Kutai Martadipura ini banyak dipengaruhi oleh kebudayaan India karena banyak pedagang India yang datang ke Nusantara pada masa itu.

Selain berdagang, orang-orang India yang datang ke Nusantara juga turut menyebarkan kebudayaan dari negara asal mereka sehingga banyak rakyat Nusantara yang mengikuti budaya India.

Nama Kutai diambil dari sebuah prasasti bernama Yupa yang oleh para ahli mitologi dipercaya merupakan peninggalan asli dari Kerajaan Kutai.

Dari prasasti Yupa, ditemukan juga nama Maharaja Kudungga yang merupakan pendiri Kerajaan Kutai Martadipura.

Setelah Maharaja Kudungga, hampir seluruh keturunannya menggunakan kata ‘Warman’ di belakang namanya terinspirasi dari bahasa Sansekerta yang biasa digunakan oleh masyarakat India bagian selatan.

Selain Maharaja Kudungga, ada nama Maharaja Mulawarman yang juga populer karena berhasil membuat kerajaan dan rakyatnya menjadi lebih makmur.

Kejayaan Kerajaan Kutai pada masa pemerintahan Maharaja Mulawarman juga ikut ditulis dalam Prasasti Yupa.

Dalam prasasti tersebut, dikatakan bahwa Mulawarman melakukan sebuah upacara pengorbanan emas dengan jumlah sangat banyak yang dijadikan sebagai persembahan untuk para dewa sekaligus juga dibagikan kepada para rakyatnya.

Sayangnya, kejayaan Kerajaan Kutai Martadipura ini mulai terasa goyah setelah meninggalnya Maharaja Mulawarman.

Raja-raja pengganti Mulawarman banyak yang tidak kompeten dan terlalu banyak membuat masalah sehingga kerajaan ini mulai berada dalam kondisi yang lemah dan tidak stabil.

Pada abad ke-13, terjadi peperangan antara Kerajaan Kutai Martadipura yang bercorak Hindu dan Kerajaan Kutai Kartanegara yang bercorak Islam.

Maharaja Dharma Setia yang merupakan raja terakhir dari Kutai Martadipura berhasil dikalahkan oleh Aji Pangeran Anum Panji Mendapa dari Kutai Kartanegara.

Peristiwa ini menjadi penanda berakhirnya masa Kerajaan Kutai Martadipura di Nusantara.

Salah satu bukti keberadaan Kerajaan Kutai di Nusantara ditandai dengan ditemukannya 7 buah prasasti yang berwujud Yupa.

Yupa adalah sejenis tiang batu yang bertuliskan tentang sejarah Kerajaan Kutai, ditulis dengan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta.

Isi dari Prasasti Yupa ini menceritakan tentang sebuah kerajaan Hindu yang menetap di wilayah Muara Kaman, hulu Sungai Mahakam, tepatnya di Kalimantan Timur.

Singkatnya, Prasasti Yupa ini mengisahkan tentang latar belakang Kerajaan Kutai yang didasarkan pada kehidupan politik, sosial, dan budaya para pemimpinnya. Salah satu prasasti yang bernama Prasasti Muarakaman III kini tersimpan dan bisa kamu lihat secara langsung di Museum Nasional.

Sayangnya, Yupa menjadi satu-satunya peninggalan Kerajaan Kutai Hindu yang paling dikenang

Artikel Terkait