Tepat di awal tahun tersebut, Lawang Sewu telah selesai direstorasi besar-besaran.
"Setelah restorasi itu mulai kita singkronisasi data-data wisata untuk panduan tour guide, termasuk penghitungan pintu. Jadi yang dihitung itu daun pintunya ya," ujar Krisdani.
Dia menjelaskan jumlah pintu sebenarnya setelah dihitung ialah 928 daun pintu, tidak sampai 1.000.
Namun, masyarakat saat itu menyebutnya Lawang Sewu karena memang memiliki pintu yang amat banyak.
"Total dari lima gedung, paling banyak gedung A, gedung utama, karena memang paling besar," ucapnya.
Bangunan yang didirikan mulai 1916-1918 ini memiliki lima gedung dengan fungsi yang berbeda-beda dahulunya.
Menurut Krisdani, perbedaan tersebut dikelompokan berdasarkan jenis pekerjaannya.
"Kalau di gedung A isinya orang-orang penting, pusatnya. Kalau di B itu paling banyak orang pribumi yang jadi karyawan bawahan," terangnya.
Sejarah Lawang Sewu
Pemilik asli gedung Lawang Sewu adalah PT Kereta Api Indonesia, tapi kini sudah menjadi salah satu tujuan wisata di Kota Semarang.
Dulunya, bangunan ini digunakan sebagai Kantor Pusat Perusahan Kereta Api Swasta zaman Belanda.
Dengan luas lahan sekitar 18.232 meter persegi, di kompleks Lawang Sewu berdiri lima gedung yang dibangun secara bertahap dari tahun 1904 hingga 1918.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR