Intisari-online.com -Sjam Kamaruzaman adalah salah satu tokoh yang terlibat dalam peristiwa Gerakan 30 September (G30S) tahun 1965.
Ia adalah seorang intelijen militer yang menyamar sebagai anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) dan menjadi Kepala Biro Chusus PKI.
Kemudian juga dikenal sebagai pria dengan lima alias, yaitu Sjam, Sjamsoedin, Sjamsoedien, Sjamsoedirman, dan Sjamsoediman.
Sjam lahir di Pathuk, Yogyakarta, pada tahun 1927.
Ia berasal dari keluarga sederhana yang berprofesi sebagai pedagang.
Kemudian menempuh pendidikan di HIS (Hollandsch-Inlandsche School), MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs), dan AMS (Algemene Middelbare School).
Ia juga aktif dalam organisasi pemuda seperti Jong Islamieten Bond (JIB) dan Pemuda Republik Indonesia (PRI).
Pada tahun 1945, Sjam bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang kemudian menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Lalu ditempatkan di Divisi Siliwangi dan bertugas sebagai intelijen. Ia juga terlibat dalam perang kemerdekaan melawan Belanda dan Inggris.
Pada tahun 1950, ia dipindahkan ke Jakarta dan menjadi anggota Badan Intelijen Negara (BIN).
Sebagai seorang intelijen, Sjam memiliki kemampuan menyamar yang luar biasa.
Baca Juga: Benarkah Soeharto Dalang dari G30S? Kenapa Dia Tidak Diculik PKI?
Ia berhasil menyusup ke PKI dan mendapatkan kepercayaan dari para pemimpinnya.
Bahkan menjadi Kepala Biro Chusus PKI, sebuah biro rahasia yang bertanggung jawab atas urusan khusus seperti sabotase, spionase, dan pembunuhan.
Sjam juga berperan dalam rencana penculikan jenderal-jenderal TNI yang dianggap anti-PKI pada malam 30 September 1965.
Namun, rencana tersebut gagal dan berujung pada pembantaian para jenderal dan kudeta militer yang dipimpin oleh Jenderal Soeharto.
Sjam berhasil melarikan diri dari Jakarta dan bersembunyi di daerah Jawa Tengah.
Ia sempat berkomunikasi dengan Presiden Soekarno melalui radio untuk memberikan informasi tentang G30S.
Juga mengaku bahwa ia adalah seorang intelijen yang menyamar sebagai anggota PKI.
Pada bulan November 1965, Sjam ditangkap oleh pasukan TNI di desa Colomadu, Jawa Tengah.
Ia dibawa ke Jakarta dan ditahan di penjara Cipinang.
Selama di penjara, ia menulis memoar tentang keterlibatannya dalam G30S.
Kemudian juga dikenal sebagai tahanan yang suka menyanyi lagu-lagu nasionalis seperti Indonesia Raya, Rayuan Pulau Kelapa, dan Halo-Halo Bandung.
Baca Juga: Terkenal Sebagai Pemimpin Revolusioner, Sosok Ini Justru Berakhir Jadi Penantang Soekarno-Hatta
Pada tahun 1968, Sjam diadili oleh Mahkamah Militer Luar Biasa (MMLB) dengan tuduhan makar, pengkhianatan, dan pembunuhan.
Ia mengaku bersalah atas semua tuduhan tersebut dan meminta maaf kepada bangsa Indonesia.
Bahkan juga mengungkapkan bahwa ia adalah seorang patriot yang mencintai tanah airnya.
Pada tanggal 9 Maret 1969, Sjam dieksekusi mati dengan cara ditembak di depan tembok penjara Cipinang.
Ia meninggal dalam usia 42 tahun. Sebelum dieksekusi, ia sempat menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan lantang.
Sjam Kamaruzaman adalah sosok yang kontroversial dalam sejarah Indonesia.
Ia adalah seorang intelijen yang berani menyusup ke PKI dan mengambil risiko besar untuk membongkar rencana G30S.
Namun, ia juga bertanggung jawab atas penculikan dan pembunuhan para jenderal TNI yang merupakan pahlawan nasional.
Apapun penilaian kita terhadapnya, tidak dapat dipungkiri bahwa ia adalah seorang yang berani, cerdas, dan setia kepada tanah airnya.