Menurut dua petugas dari KKO yang mengangkat jenazah para jenderal korban G30S, jenazah Jenderal Ahmad Yani paling mengenaskan.
Intisari-Online.com -Dua mantan tentara anggota KKO mengungkapkan kesaksiannya saat mendapat tugas mengangkat jenazah jendera-jenderal yang menjadi korban Gerakan 30 September 1965.
Mereka adalah Pelda (Purn) Sugimin dan Pelda (Purn) Evert Julius Ven Kandou.
Kesaksian itu mereka ceritakan di kanal YouTube MTA TV pada Senin, 30 September 2019.
Mereka menceritakan bagaimana kondisi jenazah jenderal-jenderal tersebut, termasuk jenazah Jenderal Ahmad Yani mereka sebut paling mengenaskan.
Mereka mendapatkan tugas dariKomandan KKO AL saat itu Mayjen Hartono untuk mengangkat jenazah korban G30S di Lubang Buaya, Kompleks Halim.
Sugimin dan Ven Kandou termasuk dari 12 orang yang jadi saksi hidup melihat kekejaman yang dilakukan G30S.
Awal keduanya ditugasi saat itu 3 Oktober 1965 sore hari.
Seorang personel Kostrad bernama Kapten Sukendar mendatangi Pusat Kormar untuk menemui perwira dinas disana.
Tujuan Kapten Sukendar ialah meminta bantuan personel KKO AL untuk mengangkat jenazah para perwira TNI AD atas mandat dari Pangkostrad Mayjen Soeharto.
Lantas Sugimin dan Kandou bersama rekan-rekan naik truk menuju Lubang Buaya.
Sesampainya di Lubang Buaya, Sugimin dan Ven Kandou mengetahui secara jelas tugas apa yang bakal mereka lakukan.
Cepat saja Ven Kandou dan Sugimin langsung diperintahkan untuk masuk ke sumur tua tempat dimana tujuh jenazah perwira tinggi TNI AD dibunuh.
Dari 100 meter bau busuk mayat sudah tercium oleh Sugimin dan Ven Kandou saat masuk ke sumur tua itu.
"Masker anti-huru-hara tembus baunya, dari 100 meter kita masuk sudah terasa bau (busuknya) jenazah," ujar Ven Kandou.
"Dua hari setelahnya kami tak bisa makan (gara-gara bau itu)," tambahnya.
Untuk mengangkat jenazah pun secara wajar tidak mungkin.
Hal ini lantaran posisi jenazah dari ketujuh perwira TNI AD di sumur itu terbalik, yakni kaki berada di atas dan kepala di bawah.
Mau tak mau kaki jenazah harus diikat dan ditarik ke atas dalam keadaan terbalik.
"Yang ngenes sekali itu (jenazah) pak Jenderal Ahmad Yani dan Jenderal Sutoyo ketika ditarik ke atas sudah di mulut sumur talinya putus," kata Ven Kandou.
Putusnya tali itu membuat jenazah keduanya jatuh lagi ke dalam sumur tua.
Ven Kandou melanjutkan jika dirinya semakin sedih tatkala melihat kondisi para jenazah, terutama jenderal Ahmad Yani.
"Sedih, saya melihat pak Yani lehernya disayat hampir putus," kata Ven Kandou.
Sugimin juga mengatakan kondisi jenazah Ahmad Yani yang paling memprihatinkan.
"Mungkin Pak Yani diberondong tembakan berkali-kali."
"Pada waktu (jenazah Ahmad Yani) diangkat kotoran dari perutnya keluar (sobek akibat berondongan peluru sebelumnya), jenazah yang lainnya tak ada yang sampai seperti itu," ujar Sugimin.
Perlu 2-3 jam bagi tim untuk mengangkat semua jenazah keluar dari sumur tua di Lubang Buaya itu.