Kakek Anies Baswedan, Abdurrahman (AR) Baswedan ternyata punya perang penting dalam masa-masa kemerdekaan Indonesia.
Intisari-Online.com -Anies Baswedan resmi menunjuk Muhaimin Iskandar sebagai pasangannya pada Pilpres 2024 nanti.
Jika mengurut ke belakang, dua sosok ini ternyata punya kakek yang juga tak kalah terkenalnya.
Kakek buyut Muhaimin adalahBisri Syansuri, salah satu tokoh pendiri NU, dari pihak ibu.
Sementara kakek Anies Baswedan adalah Abdurrahman (AR) Baswedan yang sudah digelari Pahlawan Nasional asal Surabaya.
Siapa AR Baswedan?
Seperti disebut di awal, Abdurrahman Baswedan adalah Pahlawan Nasional asal Surabaya, Jawa Timur.
Semasa hidupnya, dia dikenal sebagai seorang nasionalis, jurnalis, pejuang kemerdekaan Indonesia, diplomat, muballigh, dan sastrawan Indonesia.
DIa pernah menjabat sebagai anggota dari Badan Penyelidikan Usaha dan Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Ia adalah kakek dari Anies Baswedan dan Novel Baswedan.
AR Baswedan lahir di Surabaya, 9 September 1908.
Semasa hidupnya, Baswedan dikenal sebagai seorang pemberontak.
Pada 1 Agustus 1934, Harian Matahari Semarang memuat tulisan Baswedan mengenai orang-orang Arab.
Dia menyerukan kepada warga keturunan Arab agar bersatu membantu perjuangan Indonesia.
Baswedan mengajak mereka menganut asas kewarganegaraan ius soli, yang artinya di mana saya lahir, di situlah tanah airku.
Pada titik inilah, Baswedan menjalani perubahan haluan dalam hidupnya.
Akhirnya ia menggerakkan perjalanan Indonesia.
Pada masa revolusi, Baswedan berperang penting, yaitu menyiapkan gerakan pemuda peranakan Arab untuk berperang melawan Belanda.
Mereka yang terpilih akan dilatih dengan semi militer di barak-barak.
Pada 1942, masa pendudukan Jepang, Baswedan ditahan.
Pada 1948, ketika Indonesia merdeka, ia mengorbankan keselamatan nyawanya saat membawa dokumen pengakuan kemerdekaan Indonesia dari Mesir.
Dia memperoleh gangguan dan hambatan yang tidaklah sedikit.
Namun, berkat keahliannya, ia pun menaruh dokumen tersebut di kaos kakinya.
Dokumen penting itu pun selamat dan Indonesia berhasil mendapat pengakuan penuh sebagai negara merdeka, secara de facto dan de jure.
Selain sebagai seorang nasionalis, Baswedan juga menjadi jurnalis.
Dia mempelajari kemampuan menulisnya seorang diri atau otodidak.
Kariernya di bidang jurnalis terbuka saat ia bertemu dengan wartawan pertama keturunan Arab di Hindia Belanda, Salim Maskati.
Di kemudian hari, Salim pun ikut membantu Baswedan menjadi sekretaris jenderal PAI.
Sebagai seorang wartawan pejuang, Baswedan sangat produktif menulis.
Tulisan-tulisannya pun kerap ditampilkan di media propaganda kebangsaan Indonesia.
Itulah sekelumit riwayat singkat kakek Anies Baswedan, AR Baswedan.