Faktor eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi kemunduran dan keruntuhan Kesultanan Aceh adalah campur tangan Belanda.
Belanda memiliki ambisi untuk menguasai Selat Malaka dan Sumatera, termasuk Aceh. Untuk itu, Belanda mencari cara untuk menyingkirkan pengaruh Inggris di Sumatera.
Pada 1871, Belanda berhasil membuat Traktaat Sumatera dengan Inggris. Traktaat ini merupakan revisi dari Traktaat London yang dibuat pada 1824.
Dalam Traktaat London, Inggris memiliki hak untuk melindungi Aceh dari serangan bangsa lain.
Namun, dalam Traktaat Sumatera, Inggris menyerahkan hak tersebut kepada Belanda.
Dengan demikian, Belanda memiliki jalan bebas untuk menginvasi Aceh. Invasi pertama dilakukan pada Maret 1873, tetapi gagal.
Belanda kemudian melakukan invasi berikutnya pada 1883, 1892, dan 1893.
Saat terjadi invasi Belanda, Sultan Muhammad Daud Syah II mencoba meminta bantuan dari Rusia.
Dia meminta Rusia untuk memberikan status protektorat kepada Kesultanan Aceh pada 1879 dan 1898. Namun, permintaan ini ditolak oleh penguasa Rusia.
Belanda juga menggunakan strategi lain untuk menaklukkan Aceh. Pada 1896, Belanda menyelundupkan Dr. Christiaan Snouck Hurgronje, seorang ahli Islam dari Universitas Leiden ke Aceh.
Baca Juga: Di Bawah Sultan Iskandar Muda, Kerajaan Aceh Pun Bikin Repot Portugis
KOMENTAR