Meski tidak ada tanggal pasti, tapi para arkeolog menduga itu terjadi sebelum akhir abad ke-13, sesuai dengan bukti sains dan erupsi.
Salah satu sumber yang menulis tentang letusan Gunung Samalas adalah Babad Lombok.
Di situ tertulis bagaimana desa-desa di Lombok luluh-lantak akibat aliran abu, gas, dan lahar pada sekitar abad ke-13.
Naskah babad lain yang kemungkinan merujuk pada letusan ini adalah Babad Sembalun dan Babad Suwung.
Dari naskah-naskah ini pulalah nama "Samalas" didapatkan.
Kota Pamatan, sebuah pusat pemerintahan kerajaan di Lombok, hancur dan hilang dari catatan sejarah akibat letusan ini.
Meski begitu, naskah babad menyebut bahwa keluarga kerajaan berhasil selamat.
Dan tidak ada bukti yang jelas mengenai apakah kerajaan tersebut sepenuhnya hancur akibat letusan.
Ribuan orang diperkirakan meninggal dalam letusan ini walaupun sebagian penduduk Lombok kemungkinan mengungsi sebelum erupsi terjadi.
Di Bali, jumlah prasasti yang dikeluarkan penguasa setempat menurun setelah letusan.
Bali dan Lombok diperkirakan mengalami penurunan penduduk yang mungkin berlangsung selama beberapa generasi.
Sehingga mempermudah Raja Kertanegara dari Singhasari untuk menaklukkan Bali pada 1284 tanpa perlawanan berarti.
Kawasan pantai barat Sumbawa mengalami depopulasi dan tetap sepi penduduk hingga saat ini.
Penduduk setempat kala itu kemungkinan melarang kawasan terdampak letusan untuk ditinggali, dan ingatan akan larangan tersebut terus bertahan hingga akhir-akhir ini.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR