Ia merasa terisolasi dan terputus dari dunia luar. Ia juga khawatir dengan nasib bangsanya yang masih terjajah.
Namun, Bung Karno tidak menyerah begitu saja. Ia tetap memiliki tekad kuat untuk memerdekakan Indonesia.
Ia juga mendapatkan dukungan dan semangat dari istrinya, Inggit Garnasih, yang selalu setia menemani dan merawatnya.
Bung Karno juga mencurahkan pikiran dan perasaannya dalam tulisan-tulisan yang kemudian dikenal sebagai Di Bawah Bendera Revolusi.
Baca Juga: Peristiwa Penyusunan Naskah Proklamasi di Rumah Laksamana Maeda, Ini Fakta dan Mitosnya
Bangkit dari Sakit
Setelah tiga tahun di Ende, Bung Karno dipindahkan ke Bengkulu pada tahun 1936.
Di sana, ia bertemu dengan Fatmawati, seorang perempuan muda yang kemudian menjadi istrinya yang kedua.
Fatmawati juga berperan penting dalam membantu Bung Karno sembuh dari malaria.
Pada tahun 1942, Jepang menginvasi Indonesia dan menggulingkan pemerintahan Belanda.
Bung Karno dan para pemimpin nasional lainnya dibebaskan dari pembuangan dan dimanfaatkan oleh Jepang untuk mendapatkan dukungan dari rakyat Indonesia.
Bung Karno melihat peluang ini sebagai kesempatan untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR