Rumah Laksamana Maeda yang terletak di Jalan Meiji Dori (sekarang Jalan Imam Bonjol Nomor 1), Jakarta Pusat, memiliki hak imunitas terhadap Angkatan Darat Jepang, sehingga tidak akan diganggu.
Pada dini hari tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno, Hatta, dan Subardjo datang ke rumah Laksamana Maeda dan mulai merumuskan naskah proklamasi.
Mereka dibantu oleh Sayuti Melik, Sukarni, dan B.M. Diah yang membawa rancangan naskah proklamasi dari Rengasdengklok.
Setelah beberapa kali revisi, akhirnya naskah proklamasi selesai dibuat dan ditandatangani oleh Soekarno-Hatta.
4. Menentang Mayor Jenderal Nishimura
Mayor Jenderal Nishimura adalah Kepala Departemen Urusan Umum Pemerintah Militer Jepang pada waktu terjadinya Perang Pasifik.
Ia adalah salah satu tokoh Jepang yang menentang kemerdekaan Indonesia dan berusaha untuk menggagalkannya.
Ia bahkan berencana untuk membunuh Soekarno-Hatta sebelum proklamasi kemerdekaan dilaksanakan.
Laksamana Maeda mengetahui rencana jahat Nishimura dan memprotesnya secara keras.
Ia juga mengancam akan menggunakan kekuatan Kaigun untuk melindungi Soekarno-Hatta dan rakyat Indonesia jika Nishimura berani mengganggu proses kemerdekaan Indonesia.
Berkat sikap tegas Laksamana Maeda, Nishimura tidak berani melaksanakan rencananya.
Baca Juga: Teruo Nakamura, Tentara Jepang Terakhir yang Menyerah di Indonesia
Laksamana Maeda adalah salah satu contoh dari tokoh asing yang berjasa dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Ia menunjukkan sikap simpati, solidaritas, dan keberanian dalam membantu perjuangan bangsa Indonesia.
Ia juga rela mengorbankan nasibnya demi kemerdekaan Indonesia.
Setelah Indonesia merdeka, ia ditangkap oleh Belanda dan dijebloskan ke penjara di Gang Tengah pada akhir Desember 1946.
Ia baru dibebaskan pada tahun 1948 dan kembali ke Jepang pada tahun 1950.
Ia meninggal pada tahun 1977 di Tokyo.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR