Intisari-online.com - Yogyakarta kembali diguncang gempa bumi pada Jumat, 12 Agustus 2023 pukul 08.03 WIB.
Gempa tersebut berkekuatan magnitudo 3,4 dengan pusat kedalaman 10 km.
Titik lokasinya ada di koordinat 8.32 lintang selatan, 110.22 bujur timur.
Lokasi pusat gempa berada di laut 48 km barat daya Bantul, Yogyakarta.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), gempa ini tidak berpotensi menimbulkan tsunami.
Lalu, apa penyebab gempa di Jogja ini?
Jawabannya terkait dengan posisi geologis Indonesia yang sangat kompleks, karena merupakan titik pertemuan dari beberapa lempeng tektonik.
Indonesia terletak di antara dua lempeng benua: Lempeng Eurasia (Lempeng Sunda) dan Lempeng Indo-Australia; dan juga terletak di antara dua lempeng samudera: Lempeng Pasifik dan Lempeng Laut Filipina.
Gempa di Jogja ini disebabkan oleh aktivitas subduksi antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia.
Subduksi adalah proses di mana satu lempeng tektonik menyelam ke bawah lempeng lainnya.
Baca Juga: Gempa Bumi Hebohkan Papua Barat, Titik Gempa di Darat, Ini Lempeng Penyebab Gempa di Papua
Lempeng Indo-Australia bergerak ke arah utara dengan kecepatan sekitar 6-7 cm per tahun dan menyelam ke bawah Lempeng Eurasia yang relatif diam.
Akibat subduksi ini, terjadi gesekan dan tekanan yang sangat besar antara kedua lempeng.
Gesekan ini menyebabkan terjadinya deformasi dan patahan pada lempeng-lempeng tersebut.
Ketika deformasi dan patahan ini mencapai titik kritis, maka terjadi pelepasan energi yang mengguncang permukaan bumi sebagai gempa bumi.
Gempa bumi akibat subduksi ini sering terjadi di wilayah Indonesia, terutama di sepanjang jalur pegunungan Mediterania yang melintasi Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku hingga Papua.
Jalur ini juga dikenal sebagai cincin api Pasifik, karena banyak terdapat gunung berapi aktif yang merupakan hasil dari subduksi lempeng-lempeng tektonik.
Oleh karena itu, masyarakat Indonesia perlu meningkatkan kesiapsiagaan dan pengetahuan mengenai mitigasi bencana gempa bumi dan tsunami.
Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah memperkuat bangunan agar tahan guncangan, menyiapkan perlengkapan darurat, mengikuti simulasi evakuasi, dan mengikuti informasi resmi dari BMKG dan BPBD.