Setelah wafatnya Rakai Panangkaran (780 M), Kerajaan Mataram Kuno terbagi menjadi dua bagian.
Bagian utara dikuasai oleh Dinasti Sanjaya yang beragama Hindu, sedangkan bagian selatan dikuasai oleh Dinasti Syailendra yang beragama Buddha.
Pada masa Rakai Pikatan (840-856 M), ibu kota kerajaan dipindahkan kembali ke Mamrati, dekat Poh Pitu.
Lalu, pada masa Dyah Balitung (898-915 M), ibu kota kerajaan kembali lagi ke Poh Pitu dan selanjutnya dipindahkan ke Bhumi Mataram (Yogyakarta) pada masa Dyah Wawa (924 M).
Dipindahkan ke Jawa Timur
Pada 929 M, Mpu Sindok memutuskan untuk memindahkan ibu kota Mataram Kuno ke Jawa Timur.
Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan alasan di balik pemindahan ini, seperti faktor bencana alam dan faktor politik.
Faktor bencana alam adalah letusan Gunung Merapi, yang menyebabkan kerusakan besar-besaran di ibu kota kerajaan di Bhumi Mataram.
Menurut para pujangga, letusan tersebut merupakan pralaya atau akhir zaman, yang mengharuskan dibangunnya kerajaan baru dengan wangsa baru.
Oleh karena itu, Mpu Sindok tidak hanya memindahkan kerajaan, tetapi juga mendirikan Dinasti Isyana sebagai wangsa baru.
Faktor politik adalah ancaman dari Kerajaan Sriwijaya, yang ingin menguasai wilayah-wilayah di Jawa Tengah.
Baca Juga: 17 Peninggalan Kerajaan Mataram Paling Lengkap, Ada Candi dan Prasasti
KOMENTAR