Dua tahun sebelum Perang Jawa usai, Hamengkubuwono II meninggal pada 3 Januari 1828, tepat hari ini 195 tahun lalu.
Raja Yogyakarta tiga masa berjuluk Sinuhun Sepuh (Raja Tua) ini mati dalam usia 77 tahun dan dimakamkan di Kotagede.
Selama masa pemerintahannya yang pertama (1792-1810), Hamengkubuwono II berusaha memperkuat kedudukan Kesultanan Yogyakarta sebagai penerus Dinasti Mataram.
Ia mengembangkan sistem pemerintahan, ekonomi, dan budaya yang berlandaskan tradisi Jawa.
Kemudian juga memperhatikan kesejahteraan rakyatnya dengan memberikan bantuan dan perlindungan.
Namun, kebijakan-kebijakan Hamengkubuwono II sering bertentangan dengan kepentingan Belanda yang ingin menguasai sumber daya alam dan manusia di Jawa.
Belanda juga merasa terancam oleh sikap Hamengkubuwono II yang tidak mau tunduk atau menghormati mereka.
Oleh karena itu, Belanda mencari-cari alasan untuk menjatuhkan Hamengkubuwono II dari tahta.
Pada tahun 1810, Belanda berhasil menuduh Hamengkubuwono II mendukung pemberontakan Raden Rangga Prawiradirja, Bupati Madiun sekaligus penasihat politiknya.
Hamengkubuwono II pun diasingkan ke Cianjur oleh Daendels, Gubernur Jenderal Belanda saat itu. Putranya, Raden Mas Suraja, diangkat menjadi raja baru dengan gelar Hamengkubuwono III.
Namun, tak lama kemudian, Belanda digantikan oleh Inggris yang menguasai Jawa pada tahun 1811.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR