Kakek Raja Pertama Mataram Ternyata Tokoh Penyebar Islam Di Solo, Berutang Jasa Kepada Tokoh Hindu Setempat

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Ki Ageng Henis dipercaya sebagai penyebar agama Islam di Solo. Dia adalah kakek dari Panembahan Senopati, raja pertama Mataram Islam.
Ki Ageng Henis dipercaya sebagai penyebar agama Islam di Solo. Dia adalah kakek dari Panembahan Senopati, raja pertama Mataram Islam.

Ki Ageng Henis dipercaya sebagai penyebar agama Islam di Solo. Dia adalah kakek dari Panembahan Senopati, raja pertama Mataram Islam.

Intisari-Online.com -Keraton Mataram Islam pertama memang berada di Yogyakarta, persisnya di Kotagede.

Meski begitu, akarnya tetap berasal dari Solo, lebih tepatnya dari Ki Ageng Henis alias Ki Ageng Laweyan.

Ki Ageng Henis adalahtokoh yang dipercaya sebagai penyebar agama Islam di Solo.

Dia merupakan anak dari Ki Ageng Sela yang berasal dari Sela--sekarang masuk Kabupaten Grobogan.

Nantinya, Ki Ageng Henis punya anak bernama Ki Ageng Pamanahan.

Ki Ageng Pamanahan punya anak bernama Danang Sutawijaya yang kelak menjadi raja pertama Mataram Islam dengan gelar Panembahan Senopati.

Siapa sebenarnya Ki Ageng Henis ini?

Ki Ageng Henis merupakan putra terakhir dari Ki Ageng Sela dan Nyai Bicak, putri Sunan Ngerang.

Dari tujuh anak Ki Ageng Sela, Ki Ageng Henis adalah anak laki-laki satu-satunya.

Adapun saudara dari Ki Ageng Henis adalah Nyai Ageng Lurung Tengah, Nyai Ageng Saba, Nyai Ageng Bangsri, Nyai Ageng Jati, Nyai Ageng Patanen, dan Nyai Ageng Pakisdadu.

Ki Ageng Henis menikah dengan seorang wanita yang kemudian memiliki gelar Nyi Ageng Henis.

Dari pernikahan tersebut, lahir anak laki-laki yang dikenal sebagai Ki Ageng Pamanahan.

Ki Ageng Pamanahan kemudian mengabdikan diri kepada Sultan Hadiwijaya, pendiri Kesultanan Pajang.

Dari Ki Ageng Pamanahan inilah, Ki Ageng Henis memiliki cucu bernama Danang Sutawijaya.

Sebelum menjadi wilayah Islam, masyarakat di Solo, tepatnya di Laweyan, masih memeluk agama Hindu.

Di Laweyan, ada pemimpin bernama Ki Ageng Beluk, yang kemudian berkenalan dengan Ki Ageng Henis.

Ki Ageng Henis kemudian diberi tanah perdikan oleh Ki Ageng Beluk.

Di sana dia mengajarkan warga untuk mengembangkan benang menjadi kain dan batik yang bernilai bagus.

Sembari mengembangkan benang di Laweyan, Ki Ageng Henis juga menyebarkan Islam.

Hingga akhirnya, wilayah Laweyan berhasil diislamkan oleh Ki Ageng Henis, termasuk Ki Ageng Beluk.

Bahkan, bangunan pura milik Ki Ageng Beluk diizinkan untuk diubah menjadi masjid oleh Ki Ageng Henis.

Mulai saat itu, atau sekitar 1546, Ki Ageng Henis menetap di Laweyan, tepatnya di sebelah utara pasar Laweyan.

Wafat Berkat peran dan jasanya, Ki Ageng Henis menjadi tokoh yang dihormati serta disegani di Laweyan.

Ki Ageng Henis menetap di Laweyan hingga akhir hidupnya.

Setelah meninggal, ia dimakamkan di Pasarean Laweyan.

Sepeninggalnya, rumah yang pernah ia tinggali selama di Laweyan ditempati oleh cucunya, Danang Sutawijaya.

Danang Sutawijaya inilah yang kemudian mendirikan Kesultanan Mataram pada akhir abad ke-16 dan menjadi raja pertamanya dengan gelar Panembahan Senopati.

Artikel Terkait