"Tadinya program pendidikan ini hanya wilayah 9, karena Panji-nya naik ke atas jadi presiden, jadi imam, akhirnya Al Zaytun menjadi program nasional buat kami gitu," kata Imam.
"Saya kan bisa cerita karena saya pelaku. Dan saya salah satu menteri di kabinetnya Panji Gumilang. Nah itu latar belakang berdirinya Al Zaytun."
Imam lantas menyebutkan, sebagai lembaga pendidikan maka Al Zaytun berada di permukaan dan dikenal masyarakat.
Artinya, pergerakan ponpes tersebut berbeda dengan pergerakan NII yang bersifat 'bawah tanah' setelah organisasi tersebut dinyatakan terlarang sejak 1962.
Akhirnya, dirancang program di mana generasi yang menempuh pendidikan di ponpes tersebut bisa bergaul dengan publik nasional maupun internasional.
"Nah, ini kan pendidikan akan diciptakan generasi kita ini supaya bisa bergaul di pergaulan nasional, maupun internasional," tambahnya.
"Artinya dia harus tahu perangkat hukum, perangkat politik dan sebagainya, sistem yang ada di permukaan."
Dengan kata lain, NII merancang agar alumni Al Zaytun bisa masuk di semua aspek kehidupan.
Untuk memperkuat sistem pendidikan tersebut, disusunlah program "one pipe education system".
Alis sistem pendidikan berjenjang sejak pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi.
"Semua aspek. Dan kita buat program yang namanya one pipe education system. Dari tingkat dasar sampai tingkat tinggi," katanya.
"Itu satu generasi itu (menempuh pendidikan) 20 tahun kalau enggak salah."
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR